JEMAAT BLESSING FAMILY CENTRE MINISTRY

Gembala Sidang : Pdt. Jusak Santoso JADWAL IBADAH RAYA : New Grand Park Hotel Jl. Samudra 3 - 5 Surabaya. Minggu Ibadah Raya I ~ Pk. 06.00 WIB (Disertai Penyerahan anak) Ibadah Raya Anak I (Sekolah Minggu I) ; Minggu Ibadah Raya II ~ Pk. 08.30 WIB (Disertai Penyerahan anak) Ibadah Raya Anak II (Sekolah Minggu II) ; Minggu Ibadah Raya III ~ Pk. 17.00 WIB Di Ruko Pengampon Square F-28 Jl. Semut Baru Surabaya. Minggu ketiga, Ibadah Raya I,II & III Setiap bulannya disertai dengan Sakramen Perjamuan Kudus. JADWAL KEBAKTIAN : Di Ruko Pengampon Square Blok F-28 Jalan Semut Baru Surabaya. Senin Pk. 18.30 WIB Pendalaman Alkitab. Selasa Pk. 10.00 WIB Kebaktian Kaum Wanita. Pk. 18.00 WIB Kebaktian Cabang (Jln. Tegalsari No. 62 Surabaya). Rabu Pk. 10.00 WIB Doa & Puasa. Pk. 18.30 WIB Doa Malam. Jum'at Pk. 18.00 WIB Youth Community. Pk. 22.00-04.00 WIB Doa Semalam Suntuk. Senin s/d Sabtu Pk. 04.30-05.30 WIB Doa Pagi . "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!" (Yesaya 55:6)

RAHASIA HIDUP DALAM BERKAT TUHAN

RAHASIA HIDUP DALAM BERKAT TUHAN : 1. Berilah Hati untuk Tuhan 2. Berilah Pikiran untuk Tuhan 3. Berilah Waktu untuk Tuhan Maka akan terjadi Percaya DAPAT Pasti DAPAT (Markus 11:24) BANYAK BERDOA banyak BERKAT, SEDIKIT BERDOA berarti sedikit BERKAT, TIDAK BERDOA dipastikan tidak ada BERKAT

Rabu, 31 Maret 2010

Menyalibkan Kedagingan...

"Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera."
(Roma 8:6)
"Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."
(Galatia 5:24)


Sahabatku, sekarang ini si iblis mulai lebih gencar lagi mengintimidasi anak-anak Tuhan untuk jatuh dalam dosa dan meninggalkan Tuhan. Bahkan sekarang ini si iblis berusaha menyamarkan pekerjaannya sehingga seakan-akan kita ga sadar kalau sebenarnya ada sesuatu yang ga berkenan kepada Tuhan dalam kehidupan kita sehingga menghamabat kehidupan kita untuk berkembang di dalam Tuhan.

Saat ini si iblis berusaha menjatuhkan anak-anak Tuhan dengan keinginan daging. Manusia terdiri dari roh dan daging, tapi karena kita masih tinggal di dunia, keinginan daging kita pasti lebih dominan. Banyak yang menyangka keinginan daging tuh cuma keinginan untuk melakukan dosa yang bisa mengikat saja. Tapi ternyata keinginan daging itu ga sebatas itu saja.

Setiap manusia memiliki kehendak bebas, dan banyak yang terikat kepada kehendak bebasnya. Kehendak bebas juga merupakan salah satu kedagingan kalau kita ga bisa berkuasa atasnya. Kalau kita ga bisa berkuasa atasnya akhirnya dengan mudah kita gampang jatuh dalam dosa.

Apalagi dalam berdoa, kehendak bebas itu biasanya sangat bawa pengaruh. Kita akan dengan mudahnya mengikuti ego kita, berdoa untuk keinginan hati kita, saat berdoa bukan mengikuti rencana Tuhan, tapi kita minta Tuhan ikuti rencana kita. Akhirnya kita sendiri malah yang menghambat pernyataan Tuhan, menghambat rancangan Tuhan dalam hidup kita karena Tuhan lihat kita belum siap masuk dalam rancanganNya karena kita belum berkenan kepadaNya.

Sahabatku, apakah saat-saat ini kamu ga sadar kalau ternyata kehendak bebas juga telah menjadi kedagingan dalam hidupmu? Sehingga kamu bukan mau ikut dalam rancangan Tuhan tapi kamu atur Tuhan untuk mengikuti rancanganmu? Sadarilah kalau kehendak bebas juga bisa menjadi kedagingan yang menghambat hubunganmu dengan Tuhan. sudah saatnya kita menyalibkan semua kedagingan kita dan kita harus berkuasa atas semua kehendak kita. Mari kita belajar untuk menaklukkan semua kehendak bebas kita kepada kehendak Kristus dalam hidup kita.

Mari kita berdoa...
Bapa kami yang di dalam Sorga, puji syukur kami panjatkan kepadaMu buat kasih setiaMu yang selalu Engkau curahkan kepada kami.
Bapa, ampuni kami jika selama ini ternyata kami belum menyalibkan sepenuhnya kedagingan kami. ampuni kami selama ini kehendak bebas kami terlalu mendominasi dalam hidup kami sehingga dalam doa-doa kami secara ga sadar mulai mengatur Engkau dengan kehendak kami. Kami malah mengatur Engkau untuk mengikuti rancangan kami. Kami mengerti rancangan Tuhan yang terbaik bagi kami, dan kami mau menaklukkan kehendak kami kepadaMu. ajar kami agar lebih lagi berkenan kepadaMu.
Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa dan menyerahkan hidup kami dalam pimpinan kasihMu, Haleluya, amien...

Sahabatku semua, selamat hari minggu, Tuhan Yesus memberkati kita semua senantiasa... ^_^

BLESSING FAMILY CENTRE MINISTRY

BERTOBATLAH, SEBAB KERAJAAN SORGA SUDAH DEKAT

Ada begitu banyak orang mengolok-olok dan menghujat nama Yesus Kristus, baik di dunia nyata maupun di internet seperti facebook ini. Mereka mengolok-olok kebenaran dan tanpa sadar menggenapi suatu kebenaran yang pernah dinyatakan oleh para nabi dan juga oleh Yesus sendiri (II Petrus 3:3). Ada begitu banyak orang menghina Yesus dari dulu sampai sekarang. Ada begitu banyak orang menghujat nama Yesus, mempermainkan nama Yesus, dan ada begitu banyak orang tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Mereka menganggap umat-umat Tuhan adalah orang-orang bodoh, orang-orang dungu yang bisa dikelabui oleh suatu ajaran yang tak masuk akal yaitu karena percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.

Umat Tuhan percaya bahwa Yesus datang ke dunia ini adalah karena begitu besar kasih Bapa kepada umat manusia (Yohanes 3:16). Dia tidak ingin manusia yang adalah ciptaanNya mengalami suatu kehidupan kekal di neraka karena dosa dan pelanggaran. Setelah berulang kali Tuhan berusaha mendekati manusia dengan perantaraan para nabi agar segera bertobat dan kembali kepada Bapa namun manusia tetap dalam keberdosaannya, maka Tuhan datang sendiri kepada milik kepunyaanNya dalam rupa Yesus Kristus(Ibrani 1:1-2). Ia ada di dalam dunia ini dan datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi milik kepunyaanNya tidak mengenal Dia (Yohanes 1:10-11). Ia telah mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama seperti manusia dalam wujud Yesus Kristus (Filipi 2:7). Ini yang disangkali oleh banyak orang bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan sendiri yang berkuasa atas alam semesta dan segala isinya.

Ketika Yesus datang kepada milik kepunyaanNya, Dia berkata "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"(Mat 4:17). Perkataan ini dikatakan kepada semua umat manusia dan tidak ada terkecuali. Kaya atau miskin, punya jabatan atau tidak, orang muda atau orang tua, pria atau perempuan, orang pintar atau orang bodoh, dan semua orang yang mendengar perkataan ini harus bertobat dan kembali kepada Bapa. Panggilan Yesus jelas yaitu supaya manusia bertobat, supaya jalan yang tadinya melenceng menjadi lurus kembali, supaya perbuatan jahat ditinggalkan dan kembali kepada jalan Tuhan. Ketika mendengar perkataan Tuhan Yesus Kristus ini, kita harus meresponnya dengan sikap rendah hati dan dengan hati yang mau diubah untuk bertobat. Ketika mendengar panggilan Tuhan ini supaya bertobat, jangan keraskan hati dan menentangnya seperti pada kegeraman (Ibrani 3:15). Tapi mari datang kepada Yesus dan berseru kepadaNya untuk minta ampun, karena Dia adalah setia dan adil, Dia akan mengampuni semua dosa dan pelanggaran yang telah diperbuat. (I Yohanes 1:9). Siapapun kita, apakah seorang pembunuh, seorang penghujat Tuhan, seorang mafia, seorang narkoba, seorang narapida, seorang penjaja seks komersial, seorang gigolo, seorang lesbian, seorang penjudi, seorang perampok dan lain sebagainya, ketika mendengar seruan Yesus Kristus ini, segera datang kepadaNya, karena Dia menawarkan suatu bentuk keselamatan yang kekal. Dia menjamin bahwa hidup kita saat ini dan di masa yang akan datang berada di dalam Kerajaan Sorga. Tidak ada satu orang pun dan tidak seorang nabi pun yang sanggup atau pernah menjamin keselamatan ada di dalam diri sesesorang dan itu hanya terdapat dalam Yesus Kristus. Oleh sebab itu, selagi ada waktu, mari datang kepadaNya dan BERTOBATLAH, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat. Terpujilah nama Yesus Kristus. Amin.

BLESSING FAMILY CENTRE MINISTRY

Selasa, 30 Maret 2010

IMANUEL, "SANGAT MENGASIHI BAPA, SANGAT DIKASIHI BAPA" (II)

Imanuel, Matius 1:23b " ….dan mereka akan menamakan Dia "Imanuel" ---- yang
berarti Allah menyertai kita". Dan Dia Imanuel, mengatakan: "Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (Yohanes 13:15). Mari kita pelajari Keluaran 3:5 "Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." Ketika kita datang kepada Tuhan dalam tempat Kudus-Nya (Dalam gereja / tempat-tempat kebaktian / saat perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan dalam doa) "Tuhan menghendaki kita menanggalkan kasut" = "semua hal yang kotor dihadapan Tuhan" / yang tidak layak dibawa ke tempat kudus". Semua hal yang tidak layak, termasuk sikap yang tidak seharusnya dilakukan saat beribadah kepada Tuhan, Contohnya: bisik-bisik, makan camilan, maik HP. Saat beribadah kepada Tuhan, Tuhan menghendaki hati, pikiran & perasaan, kita harus fokus kepada Tuhan & menanggalkan semua urusan pribadi. Ingat! Matius 21:12-13 "Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Ya, mereka datang ke gereja bukan untuk beribadah sungguh-sungguh, bukan untuk bertemu Bapa. Itu sebabnya Yesus menjadi sangat marah sebab orang-orang datang kepada Bapa tidak menaruh hormat kepada Bapa.... 2. Selalu Rindu Bertemu Bapa. Matius 26:39 "Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku,......" Untuk kesekian kalinya Alkitab mencatat Yesus datang kepada Bapa-Nya. Berkali-kali Yesus datamg menghampiri Bapa-Nya, baik pagi-pagi, siang hari ataupun malam hari. Ini ciri seorang yang mengasihi, yaitu selalu rindu & ingin bertemu. Yesus berkata: "Ya, Bapa-Ku...." perkataan ini menunjukkan adanya keintiman hubungan antara Sang Anak dengan Bapa-Nya. Seorang yang punya hubungan intim adalah seorang yang selalu merindukan kehadiran orang yang dikasihi-Nya. Inipun cermin bagi kita, mari kita lihat diri kita masing-masing: bagaimana hati, pikiran & perasaan kita saat datang kepada Bapa dalam doa / ibadah. Apakah kita menganggap datang beribadah kepada Bapa hanyalah suatu rutinitas yang memang harus dilakukan?? Sebagai orang Kristen tanpa ada kerinduan sama sekali untuk datang menyembah Bapa. Dalam keharuan karena kasih-Nya, memuji-muji Bapa karena kebaikan & kemurahan, serta menantikan hadirat-Nya turun atas kita?? Jika demikian alangkah sedihnya hati Bapa, merindukan anak yang tidak merindukan diri-Nya. 3. Melakukan Apa Yang Diperintahkan Bapa. Matius 26:39 ".....tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Kau kehendaki". Apakah ketika Bapa meminta kepada kita untuk menyerahkan sesuatu yang berharga, sesuatu yang sangat kita kasihi, kita mau menyangkali diri dengan memberikan apa saja yang Bapa minta tanpa tawar-menawar, tanpa membangkang?? Jika kita menolak permintaan Bapa sebab berat bagi kita untuk melakukannya, lalu apakah kita bisa berkata bahwa kita mengasihi Bapa (Tuhan)?? Tetapi jika kita melakukan kehendak Bapa, maka itulah bukti/wujud nyata dari kasih kita kepada-Nya. Yohanes 14:31 "Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi dari sini." Sekali lagi kita harus bercermin adakah diri kita sudah mengikuti teladan Kristus?? 4. Mempertaruhkan Segala-galanya Demi Melakukan Kehendak Bapa. Yohanes 10:17 "Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali". Karena hati Yesus hanya fokus pada Bapa-Nya, maka apapun Ia mau lakukan bagi Bapa. Segala-galanya Ia pertaruhkan demi terlaksananya kehendak Bapa. I Yohanes 2:15 "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada didalamnya. Jikakau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu". Tuhan Yesus memberkati setiap orang yang sungguh-sungguh berusaha mewujudkan kasihnya kepada Bapa. Amin.

BLESSING FAMILY CENTRE MINISTRY

( renungan minggu / kesaksian ) MENARA API DI TENGAH KEGELAPAN DUNIA

Pada tanggal 23 Januari 1999, seluruh dunia, bukan saja umat Kristen dikagetkan apabila Koran-Koran utama memberitakan tentang seorang misionari, Graham Staines bersama kedua putranya, mati didalam Mobil mereka yang hangus dibakar massa. Peristiwa ini terjadi di Orissa , India tempat di mana Graham sudah melayani selama 35 tahun di Rumah Sakit Kusta Mayurbhanj. Pada malam itu mereka baru saja selesai mengadakan kebaktian bersama umat Kristen di sebuah desa Dan saat mereka sedang tidur nyenyak di dalam Mobil, massa yang tidak menyukai kegiatan mereka mengepung Dan membakar mereka hidup-hidup. Peristiwa ini sudah tentu sangat mengguncang India . Tetapi hal yang terjadi setelah itulah yang benar-benar membuat masyarakat umum mulai bertanya siapa mereka ini Dan apa yang memotivasi keluarga Staines meninggalkan kenyamanan kehidupan di Australia Dan mengabdikan diri mereka untuk membantu orang sakit kusta di tempat terpencil di utara India itu.
Saat berdiri di hadapan tiga peti mati Berisi mayat suami Dan kedua putranya yang tercinta, istri Graham, Glades dengan tenang Dan penuh kasih mengumumkan pengampunan kepada orang-orang yang sudah membunuh keluarganya. Di hadapan krew televisi Dan kerumunan orang banyak yang menghadiri pemakaman itu, Glades bersama putrinya, Esther, menyanyikan lagu "Because He Lives" [Karena Dia Hidup]. Kristus diproklamirkan dari halaman utama Koran-Koran di India .
Tidak lama setelah peristiwa ini seorang pekerja sedang membagi traktat tentang Kristus di sebuah kota di India , Dan orang yang menerima traktat itu bertanya, "Apakah ini Yesus yang dipercayai oleh Glades Staines itu? Jika ya, saya juga mau mengenal-Nya. "

Hanya apabila Yesus itu nyata bagi Kita barulah dapat Kita menyatakan-Nya kepada orang lain. Glades mempunyai hubungan yang nyata Dan hidup dengan Tuhan yang dilayaninya.. Inilah yang dikisahkan oleh Glades saat IA ditanya
bagaimana IA dapat dengan tenang melewati pencobaan yang berat itu, "Saya percaya Tuhan secara khusus berbicara kepada saya pada tanggal 14 Januari, [6 Hari sebelum pembunuhan sadis keluarganya] , saat saya sedang melakukan renungan pagi. Saya menggunakan buku renungan harian. Kisah pada Hari itu adalah: Seorang anak perempuan berusia 12 tahun di rumah sakit yang sedang kehilangan penglihatannya. Pendetanya mengunjungi dia Dan gadis itu memberitahu pendetanya, "Pak Pendeta, Tuhan sedang mengambil penglihatan saya." Buat waktu yang lama, pendeta itu tidak berkata apa-apa,kemudian ia menjawab, "Jessie, jangan mengijinkan-Nya." Jessie bingung Dan pendeta yang bijaksana itu berkata, "Berikan kepada-Nya."

Saat merenungkan kisah ini, suara hati saya bertanya apakah saya juga rela untuk memberikan semua yang saya kasihi - suami saya, anak-anak Dan segala harta milik saya kepada-Nya. Saya meluangkan waktu yang lama merenungkan hal ini. Dengan air Mata berlinangan di pipi, saya berkata kepada Tuhan, "Yesus, ya saya sanggup. Ambil semua yang Ku-miliki bagi Engkau - suamiku, anak-anak Dan semua yang Ku-miliki. Aku menyerahkan semuanya kepada Engkau"
Tanpa hubungan yang hidup Dan akar yang mendalam di dalam Kristus, tidaklah mungkin bagi Glades untuk bertahan melewati peristiwa yang begitu menyedihkan itu. Siapakah Kita sebenarnya, apakah Kita berakar atau tidak terlihat bukan saat segalanya mulus, saat Kita tersenyum manis ketika bertemu dengan teman-teman sekali seminggu di gereja.
Seperti buah jeruk, apakah manis atau asam hanya diketahui saat jeruk itu diperas. Begitu jugalah dengan Kita, siapa Kita sebenarnya, apakah Kita menebarkan bau harum kehidupan atau bau busuk kematian, hanyalah terlihat saat penindasan dan penganiayaan datang.
Setelah tragedi yang terjadi ke atas keluarganya, banyak orang yang menduga Glades Dan putrinya akan meninggalkan India Dan kembali ke Australia . Namun hal itu tidak terjadi. Sampai ke saat ini Glades masih dengan tekun dan penuh kasih melanjutkan pekerjaan yang sudah dimulai oleh suaminya.
Satu menara api yang masih dengan terang menerangi dunia yang gelap ini. (GLORY in FAITH)

Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga. MATIUS 5:16

BLESSING FAMILY CENTRE MINISTRY

Pemulihan Sang Anak Buangan

Berasal dari keluarga yang kurang mampu, sewaktu kecil Komen harus menyaksikan orang tuanya terpaksa menyerahkan adiknya yang baru lahir untuk diasuh oleh bidan yang menolong ibunya.

Komen mengingat masa lalunya yang pahit.
"Orang tua saya sangat susah. Mesti melaut dulu baru dapat makanan. Kalau tidak melaut ya tidak makan."

Suatu hari Komen menyaksikan kejadian yang membuat dirinya sangat terpukul. Sebagai anak 6 tahun yang masih polos, dia menyaksikan perselingkuhan mamanya. Komen melihat mamanya tidur dengan pria lain.

"Saat itu saya mau buang air kecil. Letaknya itu kan kamar - ruang tamu. Kebetulan ada saudara, ga tau saudara darimana......Ngapain mereka??? Adik saya, koko saya, mereka tidak ada yang tahu. Saya ga ngerti...."

Komen tidak mampu untuk bertanya. Semuanya hanya disimpan di dalam hati.
"Mama saya jahat. Kenapa mama saya berbuat seperti itu. Dan itu menimbulkan trauma. Pikiran saya aneh-aneh jadinya".

Sejak kecil Komen tidak pernah merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Bahkan ketika mamanya meninggal, Komen harus dipisahkan dari keluarganya. Ayahnya yang merasa tidak mampu merawat Komen, meminta pamannya membawa Komen ke Jakarta. Komen merasa mendapat perlakuan yang berbeda.
"Kenapa kok saya.....yang dititip-titipin itu kok saya???? Bukannya adik saya yang perempuan atau koko saya".

Tinggal bersama keluarga paman di Jakarta membuat Komen harus menjalani kehidupan yang keras. Tahun demi tahun, hal yang lebih menyakitkan mulai datang. Tanpa alasan yang jelas, sepupu-sepupunya sering memukuli Komen.

"Setiap paginya, saya harus mengepel. Itu sudah wajib harus saya lakukan. Saya ngepel, baru saya main atau pergi semir sepatu." "Saya dipukul....itu biasa. Sering saya dapat."

Kalau malam, kakak sepupu Komen dan teman-temannya suka merokok. Supaya tidak diketahui oleh orang tuanya, mereka melakukannya di atas plafon rumah jam 1 atau jam 2 malam. Kalau mereka kehabisan rokok, Komen dibangunkan dengan paksa oleh kokonya hanya untuk membeli rokok.
"Saya benci mereka dan saya mau balas dendam supaya mereka juga susah. Kalau bisa ya sampai dia mati".

Komen hanya disekolahkan sampai kelas 1 SD. Setelah putus sekolah, Komen memutuskan untuk mencari uang sendiri dengan menjadi penyemir sepatu.

"Lihat orang tuh enak amat....Anak-anak seumuran saya tuh enak mereka. Mereka sekolah, apa yang mereka inginkan itu paling tidak sudah ada. Sedangkan saya itu kok susah banget. Uang hasil semir sepatupun kadang-kadang masih suka diambilin sama mereka (kokonya) tanpa sepengetahuan saya. Saya tidak tahu persisnya.....saya kan tidur jadi uang itu saya sembunyiin tapi tiba-tiba uang itu sudah tidak ada".

Mendapat perlakuan yang sewenang-wenang selama bertahun-tahun membuat Komen tertekan. Bagi Komen, hidup bagaikan di penjara. Di umur 11 tahun, Komenpun memutuskan untuk bunuh diri.

"Saya tidak tahu saya ini nantinya mau jadi apa. Sama sekali tidak ada bayangan untuk hidup saya. Waktu itu pokoknya ingin loncat dari gedung yang sangat tinggi."

Tapi sebelum Komen meloncat, dia terbayang dengan orang yang dia lihat bunuh diri kemarin. Orang itu loncat dari gedung dan dengan mata kepalanya sendiri dia melihat kepala orang itu hancur dan meninggal dengan tragis.
"Tapi kenapa bunuh diri itu ga jadi.....saya ngeliat ada orang ngeloncat juga, bunuh diri. Jadi ga jadi untuk bunuh diri."

Di umur 15 tahun Komen bekerja di toko perhiasan. Saat itulah pamannya justru mengusirnya karena menganggap Komen sudah dapat menghidupi dirinya sendiri. Dengan membawa baju seadanya, Komen mendatangi tempat bossnya dan akhirnya boss Komen menawarkan Komen untuk tinggal disana.

"Saya di sana hanya jadi office boy. Yang beres-beresin bangku, lap-lap kaca kalau kaca etalase itu kotor, saya bersihin. Terus kalau ada customer yang mau bersihin perhiasannya, itu biasanya saya yang kerjain. Kalau ada waktu senggang, boss saya itu support saya. Dia mau supaya saya juga bisa jadi perajin perhiasan".

Setelah mampu menghasilkan uang, Komen terjerumus ke dalam kehidupan malam. Judi dan pornografipun dijelajahinya. Bahkan setelah menikahpun, kebiasaan-kebiasaan buruk itu tidak ditinggalkannya. Namun akhirnya Komen mengalami titik balik di dalam hidupnya sampai akhirnya dia mengenal siapa itu Tuhan ketika seorang teman mengajaknya untuk menghadiri sebuah kelas bimbingan.

"Di pertemuan itu saya ambil komitmen mengenai seks....ternyata itu dosa katanya... Onani itu juga dosa... Akhirnya saya ambil komitmen saya mau coba yang lebih bener aja."

Pemulihan terhadap masa lalunya dialami Komen di sebuah pertemuan.
"Jadi di situ saya dikasih tahu bagaimana kita punya kepahitan, terus luka batin, dan saya dikasih pilihan mau atau tidak untuk mengampuni. Saya diingatkan lagi ke masa lalu saya. Di situ saya ambil komitmen, ya Tuhan, saya mau mengampuni mereka dengan sepenuh hati saya. Jadi beban itu tidak ada lagi di hati saya. Tadinya punya pikiran mau membalas saudara saya, kepahitan sama orang tua saya, tapi disitu saya dilepasin .... bebas."

Pengampunan telah membawa perubahan yang nyata dalam hidup Komen. Komen mendatangi kokonya untuk meminta maaf atas dendam yang pernah dirasakannya terhadap kokonya. Tak ada lagi trauma masa lalu dan juga ketakutan akan masa depan.
"Saya ikut apa yang Tuhan inginkan. Saya ikutin... dan ternyata dengan latar belakang pendidikan saya yang kurang tapi ternyata Tuhan bisa pulihkan. Tuhan itu luar biasa tuntun hidup saya. Saya memiliki rumah dan juga keluarga yang saling mengasihi. Jadi saat ini yang saya dapat, Tuhan itu baik sekali." (Kisah ini ditayangkan 9 April 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel)



Kolose 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
Sumber Kesaksian:
Komen




Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

Hatiku Wanitaku

Sugito Hidayat atau yang biasa dipanggil Afuk berasal dari keluarga sederhana. Keluarga yang tidak terlalu mampu. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kedua orang tua Afuk memberikan kasih sayang yang cukup kepadanya. Namun karena pengenalan akan firman Tuhan yang tidak kuat, ia mulai terpengaruh oleh kebiasaan buruk teman-temannya ketika ia bergaul dengan mereka. Tak heran jika sejak SMP ia sudah mulai merokok. Lulus dari SMP - Afuk melanjutkan pendidikannya ke SMA Paulus di Jakarta. Di SMA-lah Afuk mulai mengenal wanita dan jatuh dalam dosa seksual. Hari-hari selanjutnya Afuk sering pergi ke daerah kota untuk mencari tempat-tempat pelacuran.

Mengenal Pornografi Dan Dunia Pelacuran

Ketika Afuk masih kecil, ia sering tanpa sengaja melihat tontonan film porno yang disetel oleh kedua orang tuanya. Oleh karena itulah pada umur 11 tahun ia mulai tertarik dengan hal-hal yang berbau pornografi. Afuk sering mengoleksi majalah porno, bahkan sampai ke film-film porno.

Ketika beranjak remaja, seorang teman yang juga tetangga Afuk mengajak ia pergi ke sebuah hotel. Di dalam hotel ia disuguhi beberapa wanita pekerja seks komersil untuk menjadi teman kencannya. Dari situlah ia mulai terjerumus ke dalam dunia pelacuran.

"Tiap minggu saya pergi ke diskotik. Keluar dari diskotik saya mencari cewek. Terus seperti itu kegiatan saya pada waktu itu," ujar Afuk.

Memakai Susuk

Pada tahun 1986 Afuk memakai susuk yang diambilnya di daerah Banten, dengan tujuan ingin memiliki ilmu kebal. Afuk pergi ke Banten ditemani oleh anak buahnya. Saat itu Afuk mempunyai usaha tambak udang. Untuk masuk ke tambak udang miliknya, ia harus menempuh jarak dua kilometer di tempat yang gelap. Oleh karena itu ia merasa membutuhkan ilmu kebal untuk berjaga-jaga dari gangguan yang tidak diinginkan.

Beberapa waktu kemudian, ia pergi lagi ke daerah Bangka untuk menemui gurunya. Di situ ia disuruh untuk memakan pelor bulat berwarna silver yang terbuat dari besi, dan pelor itu harus dimakannya dengan buah pisang. Hal itu Afuk lakukan untuk menambah kekuatannya. Ia benar-benar percaya kepada hal-hal gaib seperti itu.

Bertemu Dengan Istri

Perkenalan Afuk dengan Indriyani yang sekarang resmi menjadi istrinya terjadi karena kantor mereka berdekatan. Saat itu Indriyani bekerja di bagian administrasi di kantornya dan Afuk bekerja sebagai orang lapangan. Karena pekerjaan mereka saling berhubungan, akhirnya mereka mulai berteman, dan sering makan siang bersama. Lama-lama timbul rasa suka di antara mereka. Setelah hubungan mereka terjalin serius selama 2 tahun, Afuk dan Indriyani akhirnya sepakat menikah pada tanggal 23 Februari 1993.

Tertarik Dengan Teman Kerja Wanita

Pernikahan Afuk dan Indriyani baru berjalan 3 bulan ketika Indriyani menyadari bahwa suaminya berselingkuh dengan wanita lain. "Wanita itu anak buah saya sendiri," kata Afuk mengenai wanita yang menjadi selingkuhannya. Lalu Afuk kembali bercerita, "Awal mulanya kami berteman biasa saja. Lama-lama kami sering terlibat dalam pembicaraan yang cukup panjang, apalagi dia sering saya antar pulang. Pembicaraan kami pun mulai menjurus ke hal-hal yang menggoda. Hingga akhirnya kami sama-sama jatuh cinta. Saat itu hubungan kami semakin dekat dan akrab. Bahkan kami terlibat hubungan terlarang, karena pada saat itu saya sudah punya istri."

Kecurigaan Sang Istri Terbukti

Setelah 3 bulan menikah, Indriyani mulai merasakan ada yang berubah dari suaminya. Sampai pada suatu malam ketika Afuk dan Indriyani hendak tidur, Indriyani melihat ada bekas "cupang" di tubuh suaminya. Bahkan dengan sengaja Afuk memperlihatkan lebih banyak lagi bekas-bekas "cupang" yang ada di tubuhnya kepada Indriyani. Hati Indriyani seperti tersayat. Terlebih menyakitkan ketika ia mengetahui bahwa wanita yang melakukannya adalah temannya sendiri yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.

"Dia nggak sembunyi-sembunyi. Biasanya orang berselingkuh harus sembunyi-sembunyi biar istrinya nggak tahu. Dan dia pulang itu badannya penuh ‘cupang'. Saya bilang, kamu kelakuan seperti itu dengan umur seperti itu, apa nggak terlalu norak. Kenapa bikinnya nggak sewaktu muda. Itu kan pekerjaannya anak-anak SMP," cerita Indriyani. Karena sudah tidak tahan dengan perilaku suaminya, Indriyani pun memilih untuk berpisah.

Keesokan harinya Indriyani datang ke gereja dan duduk di bawah kaki Tuhan. Waktu itu di gereja Tampak Siring ia bilang ke pengerja di sana bahwa ia mau pelepasan. "Saya mau kalau pada akhirnya Tuhan katakan bahwa rumah tangga kami selesai, saya mau saja. Saat itu hampir satu tahun dia tinggal sama perempuan itu. Dia sudah tidak ingat lagi kepada saya. Saya lalu memutuskan untuk pulang ke rumah keluarga saya," ujar Indriyani.

Sementara itu Afuk tinggal bersama dengan selingkuhannya. Mereka hidup bersama layaknya pasangan suami-istri.

Pada suatu hari Indriyani bertekad untuk mendatangi Afuk dan memintanya untuk pulang dan kembali kepadanya. Namun Afuk mengusirnya dengan kasar. Ia berkata bahwa ia tidak memiliki perasaan apa-apa lagi kepada Indriyani. Afuk lebih memilih untuk tinggal bersama wanita selingkuhannya. Dengan hati yang hancur, Indriyani pulang seorang diri. Kesedihan dan kekecewaan yang teramat dalam ia rasakan. Selama satu bulan Indriyani merasa down. Ia bahkan tidak berani menceritakan kejadian yang dialaminya kepada kedua orang tuanya. Karena kejadian itu menurut Indriyani merupakan aib dalam rumah tangganya.

Afuk Kembali Ke Rumah

Hidup bersama wanita lain ternyata tidak membawa kebahagiaan. Pertengkaran demi pertengkaran selalu mereka alami. Hingga Afuk akhirnya menjadi depresi dan mengalami tekanan batin yang berat.

"Tapi setelah itu yang saya tahu dari teman dan keluarga saya bahwa dia banyak menanyakan informasi mengenai saya. Bahwa dia ingin pulang ke saya. Saya sendiri tidak tahu mengapa dia mau kembali sama saya," ujar Indriyani.

Afuk memberikan kesaksian, "Saat itu saya tidak tahu apakah ini berkat doa istri saya atau bukan. Akhirnya hati saya mengatakan bahwa saya lebih memilih istri saya. Pokoknya hati saya cenderung masih ke istri, karena saya tahu dia pasti selalu berdoa buat saya."

Masalah Baru Muncul Kembali

Setelah satu tahun Afuk datang kembali ke rumah, tantangan baru datang lagi menghampiri rumah tangga Indriyani. Afuk tidak menghentikan kebiasaannya untuk berselingkuh. Indriyani kerap kali mendapat sms dari seorang perempuan pelayan karaoke. "Kamu jangan ganggu pacar saya," ancam perempuan tak dikenal itu. Spontan saja Indriyani menjadi marah. Namun seiring dengan kejadian itu, luka batin pun kembali ia rasakan. "Saya kesal karena pelayan setaraf pelayan hotel pun bisa membuat dia tergoda," ujar Indriyani. Tak lama kemudian Indriyani mendapatkan ancaman dan umpatan kata-kata kotor dari preman Tanah Abang. Pria kasar itu mengancam akan menyeret-nyeret Indriyani suatu hari nanti.

Setiap kali mendapatkan kejadian yang seperti itu Indriyani selalu menceritakannya kepada Tuhan lewat sebuah tulisan surat. "Tuhan Yesus, Bapaku yang baik. Itu suamiku menyakiti aku dengan berhubungan dengan perempuan." Tulis Indriyani. "Pokoknya lega saja kalau sudah tulis surat sama Bapa di Sorga. Dan sepertinya saya dapat hadiah dari Tuhan, saya merasa menjadi anak kesayangan Tuhan. Sebelum matahari terbenam, hati saya sudah dipulihkan. Terus terang saja pergumulan saya ini penuh dengan air mata. Kalau mengenai harga diri, sepertinya saya sudah tidak punya harga diri. Luar biasa Tuhan bekerja dalam hidup saya," ujar Indriyani.

Anak Menjadi Korban Intimidasi

Kalau ada hal yang tidak berkenan di hati Afuk, ia selalu menumpahkannya dengan kemarahan yang meledak-ledak, termasuk kepada anak semata wayangnya yang bernama Daniel. Padahal anak itu masih kecil umurnya. Daniel sering kali ketakutan. Bahkan sangat ketakutan jika ia melihat Afuk. Karena selalu ketakutan dan terintimidasi, Indriyani memutuskan untuk membawa Daniel ke psikolog.

Indriyani memberikan kesaksian, "Anak saya itu kalau saya lihat dia adalah seorang yang perasa dan berhati lembut. Kemarahan papanya sangat mempengaruhi kehidupannya. Apalagi dalam proses belajar, sangat berpengaruh sekali. Beberapa nilai Daniel banyak yang turun. Karena papanya kalau marah punya suara yang menggelegar. Untuk membantu anak saya, saya bawa dia ke psikolog. Saya kaget sekali dengan hasil yang dijelaskan oleh psikolog tersebut kepada saya. Kalau Daniel gambar rumah pasti bagus, menurut psikolog - itu gambaran pelindung, yaitu identik ibu. Tetapi begitu dia gambar pohon hasilnya berantakan, menurut psikolog - dia punya gambaran Bapak agak sedikit terganggu. Ini pasti karena dia sangat takut sama papanya. Kalau marah Afuk sepertinya mau cekik anak itu."

Sebagai seorang bos, Afuk termasuk perfeksionis dan pekerja keras. Pegawai-pegawainya sering ia marahi habis-habisan, padahal hanya karena kesalahan yang sepele. "Saya dulu tidak mau pusing. Salah sedikit saja langsung saya marah, akibatnya banyak pegawai yang keluar masuk di perusahaan saya. Dan kalau marah sama karyawan, saya mengoceh terus sampai 3 hari. Hidup saya penuh stres berat. Saya selalu kerja mati-matian," ujar Afuk.

Pertemuan yang mengubahkan

Indriyani tetap tegar dan ia hanya bisa berdoa agar Tuhan mau menjamah suaminya. Tanpa sepengetahuan Afuk, Indriyani sering bercerita kepada Pak Beny mengenai kelakuan suaminya. Pak Beny bersimpati karena dia juga pernah membuat istrinya menderita. Karena Pak Beny sudah dipulihkan, tentunya dia juga mau menjadi berkat untuk memulihkan. Indriyani memberikan nama Afuk kepada Pak Beny dan mereka mendoakan Afuk dalam sebuah persekutuan doa. Saat itu Afuk belum kenal dengan Pak Beny. Sedangkan Indriyani sebelumnya sudah berteman dengan Pak Benny. Pak Benny adalah langganan Indriyani untuk membeli perlengkapan salon.

Pada sebuah kesempatan, Pak Beny mengajak Afuk untuk mengikuti acara Pria Sejati. Entah kenapa, ada dorongan kuat dari dalam diri Afuk untuk tidak menolak ajakan tersebut. "Padahal dulu kalau diajak berdoa saja, sulitnya minta ampun. Tiap ada pertemuan kelompok doa, selalu saja nama saya dibawa dalam doa, benarlah bahwa doa orang benar bila dengan yakin di doakan sangat besar kuasanya," ujar Afuk.

Afuk pun mengikuti acara Pria Sejati karena disarankan dan diarahkan oleh Pak Beny. Saat itu di Pria Sejati ada beberapa session. Setelah mengikuti 6 session Afuk benar-benar dipulihkan. "Dari semua yang pernah saya lakukan; main perempuan, tidak peduli dengan istri, sampai mengintimidasi anak, dari semuanya itu saya bertobat. Tuhan, saya mau dipulihkan!" seru Afuk dalam session pelepasan.

"Saat itu saya didoakan dan saya merasa dileher saya ada benjolan seperti bola yang sakit sekali dan perut saya mual-mual. Pokoknya saya merasa tersiksa. Dan setelah didoakan, saya merasa lega sekali dan saya merasa damai sejahtera. Saya tahu inilah yang membuat saya terikat dengan kemarahan. Saya tahu itu pasti berhubungan dengan susuk dan pelor yang dahulu pernah saya makan," ujar Afuk.

Hidup Damai Bersama Keluarga Tercinta

Sepulangnya dari acara Pria Sejati, Afuk menghampiri Indriyani, istrinya, lalu meminta maaf. Indriyani dengan wajah haru menerima permohonan maaf Afuk.

"Begitu dia datang, sudah beda. Tutur katanya sudah beda. Secara rohani saya melihat dia sudah bersih. Sepertinya dia yang kembali itu - itulah dia, dia yang saya harapkan waktu pertama kali saya meyakini dia bisa menjadi suami yang baik. Itu yang saya temukan. Dan saya bilang, Tuhan terima kasih. Apa pun yang Tuhan berikan, ini adalah yang luar biasa. Ternyata Tuhan menggenapi janji-Nya. Setelah sebelas tahun saya bergumul - akhirnya saya mendapatkan hadiah yang luar biasa dari-Nya," ujar Indriyani menutup kesaksiannya.

Tuhan mengubahkan hidup Afuk yang penuh tekanan menjadi hidup yang berkenan dihadapan-Nya. Usaha Afuk semakin lancar, dan ia juga dipercayakan menjadi pembina di Camp Pria sejati. Dan yang lebih menyenangkan adalah melihat kebahagiaan yang terpancar dari muka Daniel. Dari mukanya terlihat bahwa dia tidak terintimidasi lagi dengan keberadaan Afuk di sisinya. "Lega rasanya ketika pujian keluar dari mulut anak saya mengatakan, ‘ma, Papa sekarang sudah menjadi baik, tidak pemarah lagi sama Daniel'," ujar Afuk dengan bangga.

Bersama Daniel, serta Indriyani, istri tercinta dan wanita yang sangat luar bisa, Afuk menjalani hari-harinya dengan penuh suka cita. (Kisah ini telah ditayangkan 28 Januari 2010 dalam acara Solusi di SCTV)

Sumber Kesaksian :

Sugito Hidayat (Afuk)




Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

Keluarga Bukan Ajang Smack Down

Aku berasal dari suku Padang. Ayahku memiliki 4 orang istri dan ibuku adalah istri keempat. Aku memiliki 15 orang saudara, dan aku adalah anak pertama dari ibuku. Aku tinggal di Pekan Baru. Hubunganku dengan ayah sangat tidak harmonis. Ayahku sangat kurang memperhatikanku, bahkan ibuku sering diperlakukan dengan semena-mena oleh ayahku. Karena itulah aku sangat menyayangi ibuku.

Kepahitan dengan figur ayah

Karena melihat perlakuan buruk yang dilakukan ayah kepada ibu, aku membuat keputusan untuk tidak akan pernah melakukan poligami karena melihat betapa tersiksanya nasib ibuku. Walaupun perlakuan ayah padaku tidak terlalu kejam, mungkin karena dari SD sampai SMP aku selalu juara kelas, tetapi perlakuannya pada adikku sangat kejam. Bahkan adikku pernah dilempar ke dalam parit karena ayahkku kesal akan kebodohannya. Hal itu semakin membuatku kepahitan dengan ayah.

Akibat kurangnya perhatian seorang ayah, sejak SMP kelas 2 aku sudah terlibat dalam pergaulan yang salah, bahkan aku juga terlibat narkoba dan suka main perempuan. Bahkan aku sering tidak pulang ke rumah jika malam minggu. Tapi setiap berada di rumah, aku selalu menunjukkan sifat yang baik supaya keluargaku tidak curiga.

Ditinggal ayah dan ibukuku

Ketika aku menginjak kelas dua SMU, ayahku meninggal dunia. Saat itu aku merasa biasa-biasa saja karena aku tidak terlalu dekat dengan ayah. Ketika aku tamat SMU, aku melanjutkan kuliah di Jakarta dan tinggal bersama saudaraku yang ada di sana. Tapi ketika menginjak semester dua, ibuku meninggal karena penyakit darah tinggi. Saat itulah aku merasa sangat kehilangan dan sedih kehilangan ibuku. Akhirnya hidupku semakin tidak terkontrol.

Ketika liburan tingkat dua, aku dipertemukan dengan Grace, wanita yang menyentuh hatiku. Namun karena gaya hidupku yang terlalu bebas, aku dan Grace melakukan hubungan intim. Namun hubungan kami tidak disetujui oleh orang tua dari pihak Grace. Aku tidak putus asa. Aku tetap berusaha untuk menjalin hubungan dengan Grace. Akhirnya aku membawa Grace kabur dan berencana untuk kawin lari dan menetap di Jakarta.

Tapi beberapa saat kemudian, kami didatangi oleh keluarga kami masing-masing dan hubungan kami harus terputus karena semua pihak menentang hubungan kami. Aku dibawa kembali ke Medan.

Perjumpaan kembali

Setelah sebulan tidak bertemu, entah bagaimana, tiba-tiba Grace muncul di hadapanku. Saat itu kami merencanakan untuk melarikan diri lagi karena memang kami sudah tidak dapat dipisahkan. Akhirnya kami berhubungan lagi secara diam-diam. Kami kembali melakukan hubungan intim sehingga akhirnya Grace hamil. Akhirnya kami sepakat untuk melarikan diri dan berusaha untuk menjalani kehidupan kami sendiri.

Rencana hampir gagal

Sehari sebelum kami melarikan diri, tiba-tiba ayah Grace bersama temannya datang dan mengobrak-abrik kamarku. Untung waktu itu Grace sudah aku pindahkan ke kamar lain. Keesokan harinya, pagi-pagi, kami diantar temanku ke terminal dan menuju Jakarta. Aku dan Grace sempat bingung mengapa kepergian kami kali ini tidak dicari oleh keluarga Grace. Setibanya di Medan kami menikah dengan cara agama yang berbeda dengan agama yang kuanut dan saat itu Grace sudah hamil 5 bulan. Yang menghadiri acara pernikahan kami adalah pihak keluargaku.

Setelah menikah, kami mengontrak sebuah rumah. Grace berhenti kuliah sedangkan aku tetap melanjutkan kuliahku. Awal pernikahan kami dipenuhi penderitaan. Keadaan perekonomian kami memburuk. Bahkan aku jadi sering memukuli Grace, menyiksa dan menghajarnya. Setiap kali aku merasa cemburu, pasti Grace kuhajar habis-habisan. Akhirnya Grace merasa lelah dengan perlakuanku yang sangat kasar padanya. Sakit hati dan sakit badan sudah menjadi penderitaannya setiap waktu. Sampai-sampai ia sering kali mencoba untuk bunuh diri.

Tahun 1996 Grace hampir minum baygon karena depresi, namun tidak jadi karena aku menahannya. Tahun 1997 ia berusaha menyilet tangannya, namun gagal juga. Tahun 1998 ia menyiapkan gantungan di jendela. Namun karena ia masih memikirkan nasib anak kami, ia tidak jadi bunuh diri. Setiap kali habis bertengkar Sam, anak kami, selalu menghibur Grace.

Akhirnya Grace mulai menyerahkan seluruh masalahnya kepada Tuhan. Ia juga banyak belajar tentang pemulihan gambar diri. Grace mulai berdoa meminta Tuhan mencabut akar kepahitan dalam dirinya. Ia terus memohon perlindungan dan kekuatan dari Tuhan agar dapat tegar menghadapi segala kehidupannya.

Sejak saat itu Tuhan mulai membuka jalan bagi kehidupanku. Aku mulai diajak ke gereja oleh temannya dan lewat Firman-Firman yang dibawakan, sedikit demi sedikit karakterku yang keras mulai diubahkan.

Aku mulai membuka hati ke Tuhan

Desember tahun 2005, ketika istriku menghadiri sebuah KKR, topik pembicaraannya mengenai ‘Hati Bapa'. Saat itu istriku langsung teringat kepadaku. Dia ingin aku dipulihkan. Akhirnya kami pergi bersama-sama ke sebuah gereja lokal. Saat ditantang altar call, aku maju ke depan. Saat itu juga hatiku dijamah oleh kuasa Tuhan. Aku menyadari dosa-dosaku dan merasa tersentuh oleh jamahan Roh Kudus. Sejak saat itu aku mengambil komitmen untuk benar-benar merubah karakterku dan hidup dengan benar di dalam Tuhan. Aku juga mulai mengikuti PSK dan beberapa komsel. Aku merasakan kalau kehidupanku sudah mulai ada perubahan walaupun belum pulih seutuhnya.

Pemulihan yang seutuhnya

Maret 2006, pada sebuah acara retreat, aku diperlihatkan Tuhan wajah mertuaku. Saat itu Tuhan benar-benar menjamah hatiku untuk melepaskan pengampunan kepada mertuaku. Aku merasakan hadirat Tuhan yang begitu nyata dan akupun menangis. Aku teringat akan perbuatanku yang menyakiti istri dan anakku. Akupun langsung meminta pengampunan dari Tuhan. Dan saat itu juga aku sepenuhnya menerima Tuhan sebagai Juru Selamat dan Pemimpin dalam hidupku. Saat session bersaksi, aku maju ke depan dan menceritakan apa yang baru kualami. Aku merasa sangat lega. Aku merasakan sukacita yang begitu luar biasa. Aku menceritakan semua hal-hal ajaib yang Tuhan kerjakan dan sejak saat itu aku dipulihkan seutuhnya. Aku dapat membina rumah tangga yang harmonis dan hubunganku dengan anak istriku dipulihkan seutuhnya.

Pemulihan keluargaku juga berdampak pada pemulihan perekonomian keluarga kami. Seluruh hutang kami dibayar lunas secara ajaib oleh Tuhan. Bahkan kami bisa membeli rumah di sebuah kawasan perumahan yang cukup besar di daerah Lippo Cikarang. Aku yakin ini semua tidak terlepas dari mukjizat yang Tuhan kerjakan dalam hidupku. Terima kasih Tuhan untuk semua yang terbaik dan luar biasa yang Kau kerjakan dalam hidupku. (Kisah ini telah ditayangkan 6 Februari 2009 dalam acara Solusi di SCTV).
Sumber Kesaksian :
Syahril Sabarus




Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

Cinta Yang Terbagi

Pada tahun 1980 Sulaiman terlibat penganiayaan seorang pengusaha dari Medan. Karena diselimuti rasa takut dan berniat untuk menghilangkan jejaknya, Sulaiman pun lari ke Jakarta dari Sumatera Utara. Sesampainya di Jakarta Sulaiman bertemu dengan seorang gadis di gereja dan ia suka kepadanya. Hubungan mereka semakin dekat dan mereka pun sepakat untuk membawa hubungan tersebut ke dalam pernikahan yang resmi. Akan tetapi keberuntungan tidak memihak kepada Sulaiman sejauh itu. Pihak keluarga dari perempuan tidak setuju karena melihat latar belakang Sulaiman yang tidak jelas.

Akibat membawa lari kekasihnya dan tinggal di rumah seorang penatua gereja, Sulaiman menerima surat panggilan dari pihak kepolisian. Ia dituduh telah melanggar KUHP pasal 332. Yaitu tentang kawin lari. Sulaiman pun disidang pada tahun 1983 dan harus mendekam selama 2 tahun di dalam sel lembaga permasyarakatan kelas 1 Cipinang, Jakarta.

Bertemu Pinta Sesudah Dibebaskan Dari Penjara

Tepatnya 17 Agustus 1985, Sulaiman mendapat remisi tahanan dan ia bisa keluar dari LP Cipinang dan pulang ke Medan. Saat itu ia bertekad untuk berubah dan menjalani hidup yang benar. Beberapa hari setelah ia kembali ke Medan, Sulaiman bertemu dengan seorang gadis muda dan cantik ketika ia sedang bermain ke rumah pamannya. Namanya Pinta. Gadis itu adalah salah satu anak kost yang tinggal di rumah pamannya.

Pertemuan Sulaiman dengan Pinta ternyata menciptakan sebuah rasa ketertarikan dalam diri mereka. Hari-hari selanjutnya Sulaiman gunakan untuk melakukan pendekatan kepada Pinta. Cinta Sulaiman tidak bertepuk sebelah tangan. Pinta menerima dirinya untuk menjalin hubungan kasih. Namun sebelum hubungan mereka berlanjut ke jenjang pernikahan, Pinta sudah hamil terlebih dulu akibat cara berpacaran mereka yang terlewat batas. Pernikahan yang awalnya ditentang oleh orang tua pun akhirnya terpaksa dilaksanakan. Mereka menikah di daerah Tanah Karo, kecamatan Munte dan tinggal bersama orang tua Sulaiman.

Perjalanan Karir Sulaiman Menuju Puncak Keberhasilan

Sulaiman bekerja sebagai seorang sopir angkot ketika ia baru menikah dengan Pinta. Tidak pernah ia sangka bahwa wanita janda pemilik mobil angkotnya ternyata menaruh hati kepada Sulaiman. Dengan keputusan bulat Sulaiman meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan yang lain. Ia memberanikan diri membuka usaha bengkel sepeda motor dan tambal ban. Pada waktu itu istrinya sedang mengandung anak mereka yang pertama.

Pada tahun 1989 Sulaiman beserta istrinya pindah dari rumah orang tuanya dan tinggal di sebuah rumah kontrakan. Sulaiman menutup usaha bengkelnya karena ia mulai bekerja di sebuah hotel melati yang bernama Hotel Intan di daerah Padang Bulan. Posisi yang ia pegang pun kian meningkat hingga sampai ke posisi manager hotel.

Awal Perselingkuhan Terjadi

Pada suatu hari, seorang karyawan hotel melapor kepada Sulaiman bahwa ada seorang gadis yang tidak mau keluar dari kamar, padahal ia tidak mempunyai uang lagi untuk membayar biaya sewa kamar hotel. Gadis berumur 18 tahun itu pun dibawa ke ruangan Sulaiman. "Dia ditinggal di hotel bersama seorang pengusaha di Medan. Dia mengutarakan bahwa dia lari dari rumah," cerita Sulaiman. Bujuk rayu iblis mulai merasuki pikiran Sulaiman. Ia mengajak wanita itu pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Sulaiman bercerita kepada istrinya bahwa gadis itu adalah seorang anak yang hendak dijual oleh orang tuanya. Pinta pun percaya dan setuju untuk memelihara anak itu sebagai anak angkat. Akan tetapi tanpa sepengetahuan Pinta, Sulaiman berselingkuh dengan gadis itu. "Jadi setiap kali saya hendak berhubungan intim, saya ajak dia keluar. Dia itu pemuas nafsu saya yang sebenarnya," ujar Sulaiman. "Istri saya juga cukup memuaskan, tetapi seperti makan daun ubi kadang-kadang ingin makan daun kangkung juga."

Kecurigaan Pinta mulai timbul setelah beberapa bulan gadis itu tinggal di rumahnya. "Saat mereka sedang ngobrol, tanpa sengaja saya lihat kakinya sedang main di bawah meja. Tapi saya tidak berani menanyakannya kepada suami saya," ujar Pinta. Kecurigaan Pinta sudah berbulan-bulan ia pendam. Hingga pada suatu hari Pinta mulai memberanikan diri bertanya kepada suaminya mengenai gadis tersebut, namun perlakuan kasar yang ia terima. Sulaiman menamparnya hingga ia terjatuh dan ketika Pinta hendak lari, Sulaiman menjambak rambut Pinta sambil menyeretnya di bawah lantai. Padahal Pinta tidak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya. Satu tahun lamanya gadis itu tinggal bersama Pinta dan Sulaiman. Setelah itu Sulaiman membawa gadis itu tinggal di rumah orang tuanya tanpa diketahui oleh Pinta. Di sana hubungan perselingkuhan mereka semakin menjadi-jadi.

Terlibat Dengan Pergaulan Malam

Tahun 1993 merupakan tahun kelimpahan dalam hidup Sulaiman. Ia sukses membuat hotel yang dikelolanya mengeruk banyak keuntungan. Mulai dari mobil, uang dan kartu nama untuk pemotongan 30% di seluruh diskotik di kota Medan ia dapati. Namun kekayaan tersebut malah membuatnya hidup jauh dari Tuhan. Hampir setiap malam Sulaiman keluar masuk diskotik, minum minuman keras, mengonsumsi inex dan ganja. Kehidupan yang mewah ternyata malah membuat efek buruk dalam diri Sulaiman. "Saya gampang emosi, temperamen saya sangat tinggi. Saya selalu menyepelekan orang lain, sombong dan pikiran saya hanya uang-uang dan uang saja," ujar Sulaiman. "Sejak saya mengenal diskotik, saya jadi sering pulang malam dan dalam keadaan mabuk. Kalau sudah begitu istri saya selalu menjadi sasaran kemarahan saya." Sampai istrinya melahirkan anak yang kedua, perilaku Sulaiman tidak juga berubah.

Menghamili Seorang Wanita Penyanyi Pub

Hampir setiap malam ia membawa selingkuhannya keluar masuk diskotik. Hingga pada suatu kali ia merenggut keperawanan seorang penyanyi pub. Bahkan ia sampai hamil. Sulaiman pun menikahi wanita yang berbeda agama dengannya di bawah tangan. Kebejatan Sulaiman tidak berhenti sampai di situ, beberapa waktu kemudian Sulaiman kembali menjalin hubungan gelap dengan seorang janda dan penyanyi pub. Penyanyi pub itu pun hamil dan meminta pertanggung-jawaban Sulaiman. Tapi Sulaiman tidak mau bertanggung jawab. Ia merasa bukan hanya dia teman pria wanita tersebut. Mereka pun sepakat mengaborsi anak yang dikandungnya dan setelah itu si wanita jatuh sakit.

Tanpa perasaan - Sulaiman menyuruh Pinta untuk merawat wanita tersebut. Mereka tinggal bersama, bahkan tidur seranjang bertiga di sebuah kamar hotel tempat Sulaiman bekerja. "Sebenarnya bapak tidak mengancam saya, saya saja yang takut. Karena di mobilnya sering ada parang, clurit dan pisau," ujar Pinta. Karena tidak tahan dengan ancaman dari Sulaiman dan wanita-wanita selingkuhan suaminya, Pinta pun lari ke gereja untuk berdoa. Sulaiman mencari Pinta dan mengancam seluruh keluarga istrinya. Tanpa dia ketahui bahwa Pinta sedang berada di gereja dan tinggal di sana selama 2 hari. "Saya tahu dalam pemrosesan ini Tuhan sedang melatih kesabaran saya. Sering kali menyakitkan, namun saya bilang sama Tuhan, sekalipun ini menyakitkan, Tuhan, saya mau melewati ini semua. Cuma beri saya kekuatan," ujar Pinta.

Menceraikan Istri Muda Demi Seorang Janda Kaya

Kehidupan Sulaiman semakin hancur dan liar. Kini ia memiliki 2 istri dan masih berselingkuh dengan seorang janda kaya. Janda inilah yang sering memberi uang banyak kepada Sulaiman. Anak-anak dan istrinya ditelantarkan begitu saja. Pada tahun 2000 Sulaiman menceraikan istri mudanya namun tetap menjalin hubungan serius dan intim dengan si janda kaya. Menurut Sulaiman janda itu banyak mendukung dan sangat perhatian kepadanya. Pinta pun kembali ke kampung halamannya setelah kabur dan menginap di rumah sahabatnya selama beberapa hari.

Sulaiman Sakit Parah

Memasuki bulan Juni 2002 Sulaiman jatuh sakit dan ia langsung dilarikan ke rumah sakit karena muntah darah. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata penyakitnya cukup parah dan komplikasi sehingga ia harus lama dirawat. Karena sering meminum minuman keras, keluar malam dan mengonsumsi obat-obatan, kini tubuh Sulaiman harus menanggung akibatnya.

Mendengar bahwa suaminya sakit parah, Pinta pun bergegas menuju ke rumah sakit dan menjenguk Sulaiman. Namun kenyataan yang menyakitkan kembali ia alami. "Di sana ada perempuan yang sedang merawat bapak, bahkan dia merasa dialah istrinya yang sah," ujar Pinta. "Saya berusaha untuk sabar meskipun hati saya terasa teriris pada waktu itu." Janda kaya itu merawat Sulaiman dan membiayai semua biaya perawatan rumah sakit.

Setelah pulang ke rumah - tubuh Sulaiman masih dalam kondisi lemah, sejak saat itulah ia bergantung penuh pada obat. Sulaiman pulang dari rumah sakit bersama si janda kaya. Karena paksaan dari saudara Sulaiman, Pinta yang tadinya berniat untuk tidak mau menemui Sulaiman lagi akhirnya datang menjenguk suaminya. Kembali ia melihat keberadaan si janda kaya di samping tempat tidur Sulaiman. Dengan hati yang hancur ia memaksakan diri untuk bisa berada di dekat Sulaiman pada waktu itu.

Kembali Masuk Ke Persekutuan Gereja

Karena penyakitnya tak kunjung sembuh, Sulaiman mulai merasa takut akan kematian. Ia teringat akan dosa-dosanya dan ia yakin bahwa jika nanti ia mati pasti akan masuk ke dalam neraka. Sulaiman pun mulai membuka hati untuk didoakan oleh Pinta. "Saya akan meninggalkan kebiasaan buruk saya dan melayani Tuhan. Itulah komitmen saya kepada Tuhan," ujar Sulaiman. Kesehatan Sulaiman mulai membaik seiring berjalannya waktu.

Tahun 2003 Sulaiman dibaptis dan mulai rajin datang ke gereja. Dua tahun kemudian orang tuanya meninggal. Janda kaya itu datang lagi pada waktu pemakaman. "Di situlah terakhir saya ketemu dengan dia," ujar Sulaiman. "Saya tidak mau lagi berbagi hidup dengannya. Saya sudah lelah. Dan saya putuskan saat itu juga bahwa tidak akan memberi kesempatan kepadanya lagi. Saya ingin benar-benar ada di dalam Tuhan."

Sulaiman mulai aktif melayani di GPDI Imamat Rajani. Dan jamahan Tuhan yang luar biasa sangat ia rasakan ketika sedang mengikuti Champion Gathering. Di sinilah Sulaiman benar-benar dipulihkan setelah ia didoakan oleh seorang pendeta. Dia menyesali segala perbuatannya, dan pada sesi selanjutnya, Sulaiman menyampaikan permohonan maafnya yang tulus kepada sang istri. "Dia bilang, Ting, minta maaf yah... Itu adalah panggilan sayang dia kepada saya," cerita Pinta sambil tersenyum bahagia. "Saya terharu mendengar hal itu yang selama ini belum pernah dikatakannya kepada saya."

Di sana Pinta menangis dan dipeluk oleh Sulaiman. Ia juga mengampuni perbuatan suaminya. Setelah itu mereka berdua melaksanakan peneguhan nikah kembali. Dan itu membawa dampak kepada kehidupan keluarga mereka. Sifat kasar Sulaiman sudah hilang sama sekali dan ia semakin mencintai istri dan anak-anaknya. "Saat ini saya benar-benar merasa bersyukur kepada Tuhan Yesus. Keluarga yang saya miliki sekarang benar-benar bahagia oleh karena pertolongan-Nya," ujar Sulaiman menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 29 Maret 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian :
Sulaiman T. Depari




Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

Minggu, 28 Maret 2010

John Bangau, Diselamatkan Malaikat Ketika Pesawat Jatuh

Tidak ada pertanda apapun yang dirasakan oleh John Bangau dan ayahnya yang akan pulang kampung hari itu. Namun tak disangka-sangkanya, sebuah kecelakaan naas menimpa pesawat yang mereka tumpangi. Ayahnya tewas dan John terkatung-katung selama berhari-hari di hutan dalam keadaan penuh luka dan putus asa. Bagaimana ia bisa selamat? Inilah penuturannya.

"Malam sebelumnya saya dan bapak sedang bungkus-bungkus barang yang akan dibawa pulang. Saya sama bapak selalu bercanda saat itu, maksudnya kami sudah tidak sabar kapan bisa sampai di kampung dan bagaimana mama nanti akan menyambut kami. Seperti biasa-biasa saja. Tidak berpikir yang lain-lain. Paginya sebelum kami berangkat kami berdoa dulu mohon perlindungan dalam perjalanan lalu berangkat. Hari itu banyak teman-teman saya yang mengantar keberangkatan saya karena mungkin saya pulang kampungnya agak lama. Suasana hari itu rasanya gembira, tidak ada pikiran akan ada sesuatu yang terjadi. Biasa-biasa saja."

Sesampainya di pesawat, keceriaan masih tergambar di wajah John. Kerinduan kepada keluarga akan segera terbayarkan, tak terlintas sedikitpun akan adanya sebuah tragedi yang sedang mengintainya.

"Disamping saya duduk paman saya. Saya ngobrol dengan dia. Di depan duduk bapakku, dan dibelakangku teman-temanku. Ditengah perjalanan, saya sudah merasa ngantuk. Karena suasana masih gelap, dan masih berkabut sehingga kami tidak bisa melihat kebawah, akhirnya saya tidur."

Sesaat John terlelap, kemudian terjaga seakan dia merasakan kejanggalan di dalam pesawat.

"Sesaat saya terbangun dari tidur, saya sadar kalau pesawat ini terbang sangat rendah. Sepertinya ujung pohon-pohon bisa terkena. Saat itu semua masih tenang-tenang, tidak ada yang merasa ada gangguan. Saya sempat bicara seperti ini, ‘loh.. kenapa ini begitu rendah...' Setelah itu tiba-tiba hilang.."

Kecelakaan itu terjadi begitu cepat. Hingga John menyadari bahwa pesawat yang ia tumpangi tidak akan pernah sampai ke tujuannya.

"Saat itu saya seperti tidak ingat apa-apa. Seperti dalam mimpi. Ketika saya sudah bisa melihat tempat saya berada, saya merasa heran kenapa bisa begini. Tadi kan saya berada di pesawat, kok sekarang saya ada di hutan begini dengan keadaan terluka yang sangat parah begini. Itu yang sempat muncul dalam pikiran saya. Saya pikir, saya sendiri yang jatuh, dan yang lain sudah sampai di tujuannya. Saya bingung mencari jalan keluar dan ingin cepat-cepat pulang kampung."
Tubuh John penuh dengan luka-luka, namun ia belum benar-benar menyadari akan apa yang sebenarnya ia alami.

"Selama di hutan, yang saya pikirkan hanya mencari jalan keluar. Karena saya sendirian, ngga ada yang menemani, inginnya cepat-cepat pulang, ingin cepat-cepat ketemu keluarga yang ada di kampung. Saat itu saya betul-betul sadar kalau saya membutuhkan Tuhan untuk menolong saya. Saya berdoa dan terus berjalan tanpa tahu arahnya kemana."

Langkah John terhenti sejenak, dia melihat sebuah benda yang tak asing baginya. Namun hatinya dipenuhi keragu-raguan. Selangkah demi selangkah, ia berusaha mendekat.

"Saya melihat bangkai pesawat dan merasa heran. Saya tidak melihat adanya mayat atau barang-barang yang ada di pesawat. Saya memegang badan pesawat tersebut dan langsung pergi karena takut."

Hari semakin larut dan gelap, John merasa lelah dan mengantuk. Kakinya tak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan sehingga ia memutuskan untuk istirahat.

"Hari pertama di hutan, saya tidur di bawah pohon. Waktu malam hujan turun, dan kalau di Kalimantan kalau hujan biasanya banyak sekali lintah dan dingin lagi. Ketika bangun pagi, tubuh saya sudah penuh dengan lintah. Saya lihat di luka saya, lintahnya besar sekali. Malam kedua juga sama, hujan. Saya menginap di gua sampai pagi."

Dalam kesakitan dan keletihan yang luar biasa, rasa lapar dan kesendirian dalam hutan, seakan memupuskan harapan hidupnya. Keputusasaan menggerogoti jiwanya, tidak ada pertolongan baginya di hutan yang dingin dan sunyi itu.

"Di hari ketiga itu saya berdoa supaya bisa bertemu dengan bapak saya."

Ditengah keputusasaan dan kebingungannya, sesuatu yang aneh terjadi.

"Di hari ketiga bapak saya benar-benar ada, dia hadir. Dia bawain saya air. Kalau saya haus, saya minta, ‘Pak, saya minum.' Dia kasih saya air. Saya buka kalengnya, saya minum. Kalau saya bilang, ‘Pak, saya mau makan,' dia kasih saya snack roti, saya makan. Itu selama satu hari satu malam. Malamnya kami berdua tidur di bawah pohon sambil bercerita. Paginya, saya merasa celana yang saya pakai itu berat sekali. Kalau basah kan berat, selain itu juga sudah robek-robek. Saya buka, saya lipat dan saya kasih sama bapak. ‘Pak, tolong bawakan celana ini.' Waktu diambil, saya langsung berputar kebelakang, saat saya tengok bapak sudah hilang. Waktu hilang, saya jalan terus."

Dalam kesadaran yang semakin menipis, John tetap berusaha mencari jalan keluar dari hutan itu. Ia bahkan tak tahu lagi kemana kakinya harus melangkah. Dinginnya malam seakan membekukan harapannya. Malam itu, sesuatu yang aneh kembali terjadi.

"Saya bermimpi, ada orang yang datang pada saya dan berkata pada saya. ‘Bangau, coba kau lihat penumpang-penumpang yang jatuh dari pesawat itu. Itulah teman-temanmu.' Waktu saya lihat, mereka ditutup dengan plastik. Saya ngga melihat dengan jelas siapa-siapa saja itu. Waktu itu saya tahu kalau teman-temanku sudah meninggal, cuma saya sendiri yang selamat. Ketika bangun pagi, saya merasa sudah tidak kuat lagi. Saya tahu kalau teman-temanku dan bapakku sudah meninggal, saya sudah tidak kuat lagi. Saya menangis dan saya pasrah kepada Tuhan. Saya juga berdoa begini, ‘Tuhan, saya sudah tidak mampu lagi. Saya sudah tidak kuat lagi untuk berjalan mencari jalan keluar. Jika Tuhan mempunyai rencana buat saya, selamatkanlah saya dari maut ini. Kalau Tuhan tidak mempunyai rencana, sekarang saya sudah siap diambil oleh Tuhan. Untuk menunggu hasil doa itu saya tetap berjalan."

Di tengah-tengah keputusasaan dan sisa-sisa tenaga yang ada, John terus melangkahkan kakinya meskipun ia tidak yakin masih ada jalan keluar.

"Tiba-tiba, ketika berjalan, saya menemukan sawah. Ketika melihat sawah, tiba-tiba rasa lelah itu hilang. Saya langsung merasa kuat. Ketika saya melihat ke sekeliling sawah ternyata ada satu orang yang sedang bekerja. Ketika saya melihat orang yang sedang disawah, saya langsung berpikir kalau saya selamat. Ketika saya panggil, ‘Pak..' Dia malah takut. Dia gemetar. Karena dia lihat rambut saya panjang, di sekeliling kelopak mata saya hitam. Dia kelihatan bingung. Saya ceritakan kalau pesawat saya jatuh dan semua teman saya mati. Hanya saya yang selamat. Dia peluk saya dan kasih saya makan."

Setelah menempuh dua jam perjalanan, akhirnya John tiba di desa terdekat.

"Setelah selesai mandi, tiba-tiba tubuh saya gemetar, lemas dan akhirnya saya jatuh pingsan."

Lima hari terlunta-lunta di dalam hutan, membuat John mengalami kelelahan fisik yang sangat berat. Akhirnya warga segera membawanya ke rumah sakit terdekat dan memberitahukan keberadaan John kepada keluarganya.

"Saya ketemu dengan kakek, nenek, om, tante dan mamak ku membuat saya benar-benar terhibur. Saya menangis karena bisa bertemu dengan keluarga saya. Tapi mamak saya bilang jangan menangis, ‘Yang sudah terjadi biarlah terjadi, kita serahkan sama Tuhan.' Saya sedih karena tidak bisa melihat bapak saya, tapi saya dikuatkan oleh mamak saya. Dia bilang, "Mamak ini yang harusnya paling sedih. Karena yang mamak pikirkan, bapakmu pergi, dan kamu juga pergi.' Mamak saya peluk saya dan cium saya. Dia katakan, ‘Sabar saja, ini jalan yang terbaik buat kita.'"

Tragedi kecelakaan pesawat 16 Juli 2002 di Tarakan, Kalimantan Timur tersebut menewaskan sembilan orang, termasuk almarhum ayah John. Namun John bersyukur, tangan Tuhan menolongnya dan meluputkan dari kematian.

"Kalau sekarang saya berpikir, waktu itu adalah malaikat yang Tuhan kirimkan (Bapaknya yang ia temui di hari ketiga yang memberi ia makan dan minum - red), bukan bapak saya. Tuhan yang menyelamatkan saya. Dia selalu setia mendampingi saya selama di hutan. Dan Tuhan sudah memberikan saya kesempatan hidup untuk kedua kalinya. Saya akan mempergunakan hidup yang sudah Tuhan berikan ini untuk melayani Tuhan, dan untuk menjadi alat Tuhan sampai akhir hidup saya.

(Kisah ini ditayangkan 20 Januari 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian:
John Bangau



Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

Tuhan Menyelamatkanku Dari Badai Mematikan

Pada tahun 1977 Budiman bekerja sebagai seorang pelaut yang bertugas sebagai petugas radio. Bekerja di perusahaan dari Jepang ke Samarinda. Ia adalah seorang pelaut yang memiliki kebiasaan untuk mencari hiburan pada saat kapal mereka sedang sandar di darat. Hidupnya dikelilingi oleh minuman keras dan wanita. Ia merasa nyaman dengan pekerjaannya yang menurutnya adalah hidup yang enak.

Pada suatu hari dalam sebuah perjalanan rutin ke Jepang terjadi suatu peristiwa yang tak terduga. Hari masih siang, dalam perjalanan sudah terdengar berita bahwa akan ada ombak besar dan taufan Nina yang menuju ke arah kapal mereka. Tetapi setelah dipantau mereka merasa terjadi masalah jadi mereka tetap berlayar.

Pada jam 4 subuh terjadi hal yang mereka kuatirkan. Kapal diterjang ombak dan mulai miring dan bocor. Saat itu awak kapal sedang tertidur. Mereka dibangunkan dan diperintahkan untuk ke sekoci. Mereka mengirimkan tanda bahaya (sos) ke Taiwan tetapi tidak ditanggapi. Pada saat itu mereka merasa panik, putus asa dan perasaan yang sudah campur aduk.

Sekoci yang memuat awak kapal itu terkatung-katung di Laut Cina Selatan. Topan telah menghempaskan sekoci mereka dan terombang ambing di lautan. Dengan segenap kekuatan yang ada mereka berusaha untuk selamat. Pada hari pertama mereka bisa makan satu biscuit untuk dua orang. Seirit mungkin mereka menggunakan persediaan yang ada supaya mereka bisa bertahan dilautan. Pada saat itu tiba-tiba ombak datang dan menghempaskan sekoci mereka hingga terbaik. Ternyata salah satu awak kapal ada yang terjepit di sekoci dan meninggal. Saat itu mereka merasa sedih dan takut apakah mereka akan seperti itu juga.

Mereka harus menjalani hari-hari mereka tanpa persediaan makanan dan minuman. Saat yang paling sulit adalah tengah hari. Dimana matahari bersinar dengan teriknya. Suatu hari ada kapal yang lewat tetapi karena jauh, kapal itu tidak dapat melihat mereka yang sudah berteriak minta tolong.

Harapan mereka semakin menipis karena sampai pada hari ke 5 belum ada pertolongan. Pada hari yang kedelapan, saat dimana fisik sudah lelah dan lemah. Budiman membuat komitmen antara dirinya denagan Tuhan. Ia berjanji bila ia selamat dari musibah ini maka ia akan melayani dan bertobat dari hidupnya yang lama. Ia merasa belum siap mati saat itu karena ia masih belum menerima Yesus.

Memasuki hari kesepuluh, saat dimana mereka sudah pasrah. Mukjizat terjadi. Sebuah Cahaya kecil terlihat oleh mereka ditengah malam. Ternyata itu adalah sebuah kapal nelayan Honhkong yang sedang mencari ikan. Tetapi nelayan itu hanya menolong satu orang saja karena pada saat itu sedang zamannya pengungsi Vietnam yang lari. Tetapi setelah dijelaskan oleh teman mereka yang ditolong, maka akhirnya mereka semua diselamatkan.

Sejak pengalamannya tersebut, Budiman merasakan kasih dan pertolongan Tuhan yang luar biasa. Tuhan yang menciptakan dan menentukan jalan hidup, maka manusia tidak boleh putus asa. Tuhan akan menyelamatkan. Bila saat 30 tahun lalu tidak ada Tuhan, maka Budiman tidak akan ada sampai sekarang. Tuhan ada dimana-mana. Ia dapat menolong tepat pada waktunya. Tuhan sangat baik dan teramat baik.

(Kisah ini ditayangkan 27 Januari 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Budiman




Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

Akhir Deritaku Bukan Bunuh Diri, Tapi Pengampunan

Ketika umurnya belum mencapai dua tahun, dia harus kehilangan ibu yang mengandung dan melahirkannya. Sejak itulah, penderitaan demi penderitaan seperti tak pernah lepas dari hidup Asmat Purba. Rindu akan kasih sayang ibu, membuatnya tidak hanya mengalami penderitaan fisik akibat tekanan ekonomi keluarganya, namun juga tekanan batin karena rasa kesepian

Sepeninggal istrinya, ayah Asmat mencoba membangun bahtera rumah tangganya kembali. Namun setelah beberapa kali menjalin kasih dan menikah, namun rumah tangganya selalu saja kandas ditengah jalan. Hingga suatu saat sang ayah akhirnya menikahi seorang janda. Wanita keempat yang dinikahi sang ayah inilah akhirnya yang bertahan mengarungi kehidupan bersama keluarga mereka.

Sebuah awal yang manis memberikan pengharapan baru bagi kehidupan keluarga Asmat saat itu, dan itulah pertama kali Asmat merasakan cinta kasih seorang ibu kembali.

"Ibu saya yang baru itu selalu berkata, Asmat panggil saya mama. Hal ini adalah hal baru bagi saya, pertama kalinya saya menemukan seorang mama yang intim dan dekat dengan saya, karena itulah saya senang sekali memanggilnya mama."

Sayangnya semua itu tidak berlangsung lama, ternyata kasih sayang yang ditunjukkan ibu barunya itu hanyalah kepura-puraan belaka. Suatu hari, sang ibu menyatakan kekecewaannya pada sang ayah karena tidak jujur menceritakan bahwa dia telah beberpa kali menikah, dan karena hal itu sang ibu mengancam untuk pergi meninggalkan keluarga mereka. Dua buah pilihan diberikan kepada ayah Asmat, memilih dia tetap menjadi istrinya dan membiarkannya mendidik anak-anak sesuai dengan kemauannya, atau memilih anak-anak dan dia pergi meninggalkan keluarga itu. Dengan menimbang baik-baik karena telah beberapa kali gagal membangun rumah tangga, akhirnya sang ayah menjatuhkan pilihannya.

"Saya memilih kamu, dan silahkan mendidik anak-anak saya."

Dunia seakan runtuh bagi Asmat dan kakak-kakaknya. Mulai hari itu, sikap manis sang ibu lenyap seperti ditelan bumi. Cacian dan makian kasar seakan menjadi makanan sehari-hari bagi mereka, sang ayah menyaksikan semua itu tanpa daya mengingat kata-kata yang pernah terucap dari mulutnya. Penderitaan Asmat dan kakak-kakaknya tidak berhenti pada kata-kata kasar yang terlontar dan menyakitkan hati mereka saja, tetapi juga sering diberi makanan yang sudah tidak layak lagi.

"Makanan ayah dan makanan saya dibedakan. Ayah dan ibu makan makanan yang enak, yang sudah di goreng, atau disambal. Sedangkan kami sengaja dibelikan ikan yang sudah membusuk dan ada belatungnya, itupun tidak dimasak, hanya dibakar diatas api," Asmat menuturkan dengan mata berkaca-kaca.

Seiring dengan kelahiran anak-anak dari ibu tirinya, kakak-kakak Asmat mulai diusir dari rumah. Kini Asmat harus menghadapi penderitaan dari ibu tirinya seorang diri. Seringkali Asmat menangis, merenungi nasibnya serta menyatakan kekecewaannya kepada Tuhan yang mengijinkan semua penderitaan dan kesendirian yang harus ia alami.

"Saya merasa Tuhan tidak peduli, Dia tidak mengasihi saya, dan Dia meninggalkan saya. Hal itu membuat saya tidak dikasihi dan diterima oleh siapapun."

Hari demi hari dilaluinya dengan ketakutan. Terlebih lagi, ketika anak ibunya yang ketiga lahir, Asmat menyadari sebentar lagi giliran dia untuk diusir dari rumah itu akan segera tiba.

"Kira-kira waktu itu sebulan setelah anak itu lahir, saya hendak meminjam tampi untuk menampi beras. Saya kaget, mengapa saya dimaki-maki padahal saya meminta ijin dengan baik-baik. Kemudian saya diusir dari rumah itu."

Perasaan terluka, kesepian dan putus asa membuatnya berkali-kali berkeinginan untuk bunuh diri. Pada waktu seperti itu, berbagai perkataan kasar dari ibu tirinya seperti diputar berulang-ulang dalam pikirannya.

Tak jarang Asmat mendatangi kuburan ibunya, dan menceritakan semua yang dirasakannya pada sang ibu. Namun orang mati, tak dapat berbuat apapun untuk mereka yang hidup. Demikian juga yang dialami Asmat, seruannya pada almarhumah ibunya tak berdampak apapun, hanya membuat rasa sakit yang dirasakannya semakin perih.

Dendam kepada sang ibu membuatnya bercita-cita untuk menjadi seorang pembunuh. Semakin direnungkannya, semakin besar kemarahannya, dan membuatnya berpikir untuk memutilasi sang ibu tiri.

Tetapi nasib membawa Asmat ke jalan yang berbeda dari yang diharapkannya. Setelah lulus SMP, Asmat diminta ayahnya untuk meneruskan untuk sekolah guru agama Kristen (PGAKP). Dengan bantuan salah seorang saudaranya Asmat meneruskan sekolahnya, namun tujuan utamanya adalah supaya bisa jauh dari ibu tirinya dan dia bisa belajar ilmu perdukunan di luar jam sekolah. Namun setelah sampai di sekolah tersebut, Asmat begitu asik dengan studinya sehingga lupa akan niatnya untuk belajar ilmu perdukunan. Namun sakit hati yang dirasakannya tidaklah sembuh, tapi hanya terkubur.

Dengan jiwa yang masih sangat rapuh, Asmat menjalin kasih dengan seorang wanita yang dijumpainya sewaktu ia kuliah di sebuah sekolah tinggi theologia.

"Pada waktu itu saya berpikir bahwa saya akan bahagia setelah saya memiliki seorang istri. Saya percaya bahwa rumah tangga saya akan berbeda dengan rumah tangga ayah saya."

Namun luka hati yang disimpannya sejak kecil menjadi sebuah bom waktu yang mengancam keharmonisan keluarganya.

"Suatu hari saya menceritakan siapa diri saya sebenarnya kepada istri saya, namun saya ceritakan seakan-akan orang lain yang mengalaminya. Namun pada akhir cerita, saya tidak tahan lagi dan mengatakan dengan jujur bahwa semua itu adalah tentang diri saya."

Yonce Be'dong, istri Asmat tidak pernah tahu menahu tentang masa lalu dan latar belakang keluarganya. Kenyataan pahit yang didengar dari suaminya membuat Yonce bingung, kecewa dan menyatakan penolakan yang membuat Asmat semakin terluka.

"Penolakan tersebut membuat saya kembali merasakan kesendirian. Tanpa Tuhan, tanpa istri, tanpa ibu dan tanpa siapapun. Rasa tidak berarti dan tidak diharapkan membuat saya merasa putus asa dan ingin bunuh diri."

Semua tekanan dan rasa terluka yang dialaminya diceritakannya kepada seorang mentor yang dipercayainya. Mentor tersebut akhirnya menyarankannya untuk mengikuti sebuah seminar pemulihan luka-luka batin di Solo. Namun seminar yang ikutinya itu tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkannya.

"Pada seminar itu, suara hati saya protes dengan apa yang terjadi. Saat orang-orang didoakan, mereka dijamah Tuhan dan rebah, setelah itu bersaksi bahwa mereka sudah sembuh. Saya tidak bisa menerima hanya dengan didoakan, rebah langsung sembuh."

Hanya kekecewaan yang dibawanya pulang dari seminar tersebut. Namun keinginannya untuk sembuh membuatnya memutuskan untuk mempelajari dengan sungguh-sungguh materi seminar tersebut.

"Saya tulis semua yang menyebabkan saya ingin bunuh diri dan ingin membunuh, lalu saya bersama istri saling mendoakan, serta memutuskan untuk melepaskan pengampunan. Saya sebutkan nama-nama orang yang telah menyakiti saya, ibu tiri saya dan ayah saya, juga pengampunan atas tindakan-tindakan mereka."

Pemulihan yang dialami Asmat memang tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan, namun pelan-pelan namun penuh dengan kepastian kehidupannya mulai dirubah oleh Tuhan. Sukacita, dan damai sejahtera dialami oleh Asmat dan istrinya sejak saat itu.

"Tuhan mengijinkan saya mengalami dalam situasi tersebut, karena Dia memiliki sebuah rencana yang indah melalui kehidupan saya."

Sejak mengalami pemulihan pada tahun 2003 itu, Asmat dan istrinya merintis pelayanan bernama Klinik Konseling Keluarga Bahagia, untuk melayani mereka yang mengalami masalah rumah tangga seperti keluarga dimana ia pernah dibesarkan. Melalui banyak hal yang dialami Asmat, kini dia dapat menjadi berkat bagi banyak orang.

"Tuhan tidak pernah menolak saya, Dia menerima saya apa adanya. Seburuk apapun masa lalu saya, Tuhan tidak pernah menolak saya." Demikian Asmat menutup kesaksiannya dengan sebuah kesadaran bahwa Tuhan mengasihinya, dan rencana Tuhan atas kehidupannya begitu indah dan mulia. (Kisah ini sudah ditayangkan 3 Februari 2010 dalam acara Solusi Life di O'Chanel)

Sumber kesaksian:

Asmat Purba






Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

Hidup Hancur Karena Percaya Nasib

Semenjak tahun 1980an, Tan Wei Liem sudah mulai berdagang mobil. Tetapi sekitar tahun 1991, ketika kredit bank begitu sulit, orang-orang yang kredit pada Tan Wei Liem sebagian besar tidak membayar hutang mereka.

Tan Wei Liem bercerita, "Hutang bank banyak, padahal hutang bank tuh sudah mencapai 250 juta. Agunannya adalah rumah saya. Jika bank memang ingin sita, bisa disita. Karena sudah tidak ada uang lagi."

Tan Wei Liem berada di jalan buntu. Ia pun malah pergi konsultasi kepada tukang paranormal. Tan Wei Liem meminta keberuntungan kepadanya.

"Ia tidak bercerita apa-apa, ia hanya memberikan tiga kertas. Dua kertas dibakar dan diminta saya minum. Kertas yang satu lagi dijepit, lalu ditaruh di dompet saya. Ya saya pikir biar rezeki, biar banyak uangnya maka taruh di dompet. Ya sudah, lalu saya disuruh pulang. Meskipun kecewa karena hanya dikasih kertas kuning," kisah Tan Wei Liem mengenai kedatangannya berkonsultasi pada paranormal.

Lalu kemudian, pada suatu hari temannya berkata kepadanya, "Kamu jangan marah, tetapi paranormal itu memang bilang nasib kamu memang begitu. Bisa makan satu hari satu piring tuh, sudah terimakasihlah. Kamu gak bisa kaya lagi..."

Mendengar itu, Tan Wei Liem kecewa. "Ya sudahlah, memang nasib jika gak begitu. Gak bisa dirubah. Dia aja (paranormal, red) gak bisa rubah, ya gimana lagi," ujar Tan Wei Liem.

Akan tetapi seorang kerabatnya memperkenalkan Tan Wei Liem kepada seorang paranormal dari luar negeri yang dipercaya dapat mengubah nasib dan membawa keberuntungan. Sebuah harapan baru terbersit dalam benak Tan Wei Liem.

"Pulang-pulang saya membawa gambar. Di depan gambar itu saya tungguin... Gak bisa. Tetap bokek juga saya," kisah Tan Wei Liem.

Untuk kesekian kalinya rencana Tan Wei Liem untuk mengubah nasib kandas di tengah jalan.

"Saya sudah bingung, dagangan tetap sepi. Ditambah lagi putra saya sakit, dan dokter pun sudah angkat tangan," kisah Tan Wei Liem mengenai kemalangannya lagi.

Tan Wei Liem tidak menyerah begitu saja. Ia meminjam uang untuk membawa anak sulungnya untuk berobat ke luar negeri.

"Saya hanya membawa bekal 6000 dolar, 2000 dolar saya pinjam dari mama saya. Saya katakan kepada mama saya bahwa saya meminjam uangnya, dan kalau ada uang akan saya pulangkan," kisah Tan Wei Liem sambil terisak.

Pada Januari 2004, dokter putranya di Shanghai pun sudah angkat tangan dan menyarankan Tan Wei Liem untuk membawa putranya kembali ke Indonesia saja agar keluarga di Indonesia bisa melihat anaknya untuk yang terakhir kalinya.

"Tapi tak keburu, pas 23 Maret (2004, red) putra saya meninggal," kisah Tan Wei Liem.

Tan Wei Liem pulang ke Indonesia dengan penuh duka. Kondisi keuangannya semakin terpuruk. Di dalam kekalutannya, Tan Wei Liem mengunjungi sahabat baiknya untuk meminta nasehatnya.

Tan Wei Liem menceritakan keadaannya yang semakin terpuruk kepada temannya. Anak yang sudah tiada, usaha yang sudah bangkrut, rumah yang akan disita.

"Saya katakan kepadanya jikalau dirinya sudah berdiri di perempatan lampu merah, ‘Kamu mau masuk ke gereja gak?' Dan ia katakan, ‘Iya deh, saya mau ke gereja deh man'," ujar Herman menceritakan curahan hati Tan Wei Liem kepadanya.

Seorang pegawai Herman mengantarkan Tan Wei Liem ke gereja. Di sana Tan Wei Liem membeli sebuah kaset yang berjudul Takdir dan Nasib.

"Saya dengarkan kasetnya. Setelah mendengar kaset itu, saya terburu-buru. Saya mau tahu bagaimana cara saya merubahnya. Kaset itu bilang, ‘Kamu mau berubah tidak?Jika kamu mau berubah, datanglah kepada Tuhan, akuilah dosa, nasib kamu akan berubah.'," kisah Tan Wei Liem yang tergerak ketika mendengar kaset itu.

Beberapa waktu kemudian di sebuah pertemuan ibadah Tan Wei Liem mendengar sebuah Firman Tuhan yang mendorongnya untuk mengambil keputusan yang sangat besar dalam hidupnya. "Jika kamu datang kepada Tuhan, akui dosa kita dan meminta pengampunan, semua dosa dan kejahatan kita semua tidak diperhitungkan. Hamba Tuhan itu mengatakan agar siapa yang ada masalah maju ke depan. Saya duduk paling belakang, saya ke depan. Pada waktu itu saya sudah berlutut, saya minta ampun sama Tuhan. Anak saya sudah tidak ada... Dagangan saya sudah sepi... Saya berlutut sambil menangis, saya minta ampun sama Tuhan. Kalau saya dari kecil sudah tahu terima Tuhan saya berpikir ‘Mungkin nasib gw gak akan begini, anak gw juga mungkin gak meninggal.'," kisah Tan Wei Liem.

Hari itu, Tan Wei Liem berkomitmen untuk meninggalkan kepercayaannya pada ramalan nasib dan sepenuhnya menyerahkan masa depannya kepada Tuhan.

Di tahun 1994, bisnis ekspor makanannya yang berjalan secara kecil-kecilan berkembang secara pesat.

"Tiba-tiba bisa booming secara besar-besar, nah memang itu suatu keanehan," kisah Herman, sahabat Tan Wei Liem.

"Setelah saya bertobat, Tuhan merubah nasib saya. Dari saya tidak punya duit, saya bisa beli satu rumah lagi. Tahun 1998, saya sekolahkan anak saya ke luar negeri. Jadi, Tuhan itu memang baik! Tuhan itu memimpin hidup saya. Yang penting, kita itu mau tidak bersandar kepada Tuhan, takut akan Tuhan, percayakan segala-galanya kepada Dia... Baru Tuhan mengubah nasib kita," kisah Tan Wei Liem mengenai perubahan hidupnya yang luar biasa setelah menaruh imannya kepada Tuhan. (Kisah ini sudah ditayangkan 10 Februari 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian:
Tan Wei Liem





Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

Mukti Waluyo, Tuhan Ampuni Masa Laluku Sebagai Seorang Germo

"Nama saya Mukti Waluyo, asal saya dari Blitar. Saya lahir dari keluarga yang demokratis, orang tua saya terlalu membebaskan anak-anaknya. Jadi apapun yang dilakukan oleh anak-anaknya, orang tua saya tidak terlalu peduli." kata Mukti mengawali kesaksiannya.

Semenjak kecil Mukti merasa mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang tuanya, lebih khususnya lagi dari ibunya yang sangat membeda-bedakan antara Mukti dengan kakak perempuannya.

"Saya masih ingat, dulu waktu saya masih sekolah, nilai saya pas-pasan berbeda dengan kakak saya. Jadi orang tua saya melihat bahwa saya anak yang bodoh. Ketika mama saya bercerita dengan orang lain dan ada anak yang bodoh pasti mama saya akan bilang, ‘Kok sama seperti anak saya.' Jadi saya minder, kok orang tua saya melecehkan saya di depan umum. Saya merasa orang tua kok kayak gini. Jadi saya merasa bahwa saya adalah orang yang bodoh. Dan orangtua saya khususnya mama memang lebih berharap kepada kakak saya dibanding saya. Mungkin mama saya berpikir, anak ini sudah bodoh tidak mungkin ada harapan. Dari kejadian itu saya merasa menjadi anak yang dinomor duakan, dalam hati kecil saya tidak teima. Saya merasa kecewa dengan perlakuan tersebut. Akhirnya ada kebencian terhadap orang tua saya dan susah untuk mengampuni mama saya." ungkap Mukti mengenang masa kecilnya.

Pernyataan dari orang tuanya yang menganggap dirinya bodoh, juga anak yang tidak berguna membuat Mukti menjadi anak yang minder.

"Mulai tertanam dalam hati saya bahwa saya anak yang bodoh, saya orang bodoh. Jadi soal kemampuan saya minder. Dan saya pikir pada waktu itu, percuma saya sekolah, tinggi-tinggi juga percuma, jelas-jelas hal itu tidak mampu. Dan akhirnya saya melampiaskan perasaan saya itu dengan sesuatu yang negatif, saya suka merokok, mabuk, dan judi. Karena saya merasa saya itu orang bodoh, saya itu tidak ada gunanya, buat apa saya menjadi orang baik. Akhirnya pelampiasannya seperti itu."

Hidup dengan kebencian terhadap orang tuanya, membuat Mukti terjerumus dengan judi dan minum-minuman keras. Bahkan untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, tanpa disengaja lewat seorang teman Mukti menjadi perantara bagi para wanita pelacur.

Peristiwa tersebut menjadi awal mula Mukti terjerumus dalam bisnis pelacuran sebagai seorang germo. Bahkan sejak saat itu Mukti mulai berusaha untuk memperluas usahanya.

"Saya dulu kalau mencari orang baru biasanya mencari di sekolah-sekolah melalui informasi dari teman-teman saya. Kalau ada orang yang berhasil, saya senang sekali. Lama-kelamaan saya cari wanita itu juga tidak susah."

"Waktu itu, orang bilang menyebut saya, ‘Germo cilik' bahkan nama saya ada yang menyebut ‘Mukti cabul'. Awalnya malu tapi lama-lama terbiasa di telinga saya seperti itu. Dan saya menikmati hal itu, karena saya pikir saya orang bodoh saya tidak punya keahlian kalau kerja ini kan enak tidak butuh orang pinter." Dengan sedikit tersenyum dia mengungkapkan hal tersebut.

Mukti makin tenggelam dengan bisnis prostitusi yang dijalaninya. Sudah banyak wanita yang berhasil direkrutnya menjadi pelacur bahkan jika salah satu anak buahnya hamil, tanpa rasa bersalah Mukti menunjukan tempat untuk mengaborsi bayi tersebut.

"Mungkin saya hanya nunjukin tempatnya saja."

Bukan hanya pada masalah aborsi pada wanita yang dipeliharanya tapi tindakan konsumen yang merugikan juga sering dihadapinya.

Profesinya sebagai seorang germo akhirnya diketahui juga oleh kedua orang tuanya. Namun seperti dugaan Mukti sebelumnya, orang tuanya sama sekali tidak peduli dengan apa yang dilakukannya.

"Mama saya waktu itu tahu tetapi orang tua saya tidak pernah ambil pusing. Tetapi karena orang tua saya membiarkan, anak saya mau berbuat apa asal tidak melanggar hukum atau berurusan dengan polisi, dia mau ngapain yang penting dia menghasilkan uang. Ya udah itu urusannya dia."

"Saya berpikir untuk apa saya mendengarkan nasehat, kesempatan ini saya dapat ya sekarang ini. Saya orang bodoh kalau saya mencari pekerjaan yang halal, kan jelas ga mungkin."ungkap Mukti.

Selama menjalani profesinya sebagai seorang germo, uang bisa didapatkannya dengan sangat mudah. Namun uang tersebut dia habiskan untuk foya-foya, judi, dan mabuk. Bahkan disamping menjalani profesinya menjadi seorang germo, Mukti pun justru jatuh dalam seks bebas dengan berbagai macam pelacur selama tiga tahun. Mukti sangat menikmati kehidupannya sebagai seorang germo. Baginya pekerjaan tersebut telah memberikan segala kenikmatan dalam hidupnya.

"Saya punya pikiran, yang penting usaha gini aja ga begitu gede, gede syukur kalu ga gede juga ga papa. Asalkan kerja dapat uang banyak di kotanya sendiri ya ayem-ayem saja." kata Mukti.

"Ketika saya menikmati kehidupan saya seperti itu, pada suatu ketika ada salah satu teman, boleh dibilang dia bukan teman akrab saya tetapi hanya teman sekolah. Dia mengatakan kepada saya, ‘Mau daging ga? Karena pada waktu itu saya senang daging anjing, ya udah saya mau aja. Ternyata ambilnya di rumah saudaranya."

Di saat menikmati daging tersebut, sebuah peristiwa besar terjadi dalam kehidupan Mukti.

"Ternyata di ruang tamu rumah saudaranya dipakai untuk ibadah, di situ ada nyanyian-nyanyian. Akhirnya nyanyian-nyanyian itu mengugah hati saya, ada perasaan bersalah dalam diri saya. Saya kok seperti ini, saya itu seperti manusia yang tidak ada harganya. Lagu-lagu itu mengugah perasaan saya untuk kembali kepada Tuhan."

"Dan mulai saat itu saya mulai ikut-ikutan ibadah juga meskipun boleh dibilang saya itu orang yang munafik. Jadi kalau saya ibadah, saya ada perasaan malu. Kalau ibadah saya ngumpet-ngumpet. Alkitab saya masukan ke kantong baju atau tas supaya tidak dilihat orang. Dan dalam niat diri saya mulai timbul komitmen untuk meninggalkan rokok, judi dan hal itu bisa saya lakukan tetapi untuk satu hal dia tidak bisa melepaskan dunia pelacuran."

Dunia pelacuran dan seks bebas yang telah mengikatnya sekian tahun membuat Mukti sulit untuk melepas kehidupannya sebagai seorang germo. Namun di saat dia mulai frustasi Mukti pun mulai mengambil suatu komitmen dalam doanya untuk meninggalkan semua dosa-dosanya sebagai seorang germo di dalam dunia pelacuran.

"Dan akhirnya apa yang menjadi komimen saya, Tuhan itu mendengar dan saya bisa lulus SMA. Saya ada kepuasan dalam hati saya, ternyata saya bisa punya ijasah, saya bukan orang bodoh. Ijasah itu bisa saya pergunakan untuk mencari pekerjaan yang benar." Ungkap Mukti bahagia.

Tuhan pun membantu Mukti untuk keluar dari dunia bisnis pelacuran yang telah mengikatnya bertahun-tahun. Seiring dengan pemulihan hidupnya, kepahitan Mukti kepada orang tuanya terlebih kepada sang ibu berangsur-angsur ikut dipulihkan.

"Jadi saya bisa menghilangkan perasaan benci kepada mama justru ketika saya berhenti kerja dan bersekolah di Sekolah Tinggi Teologia di Jember. Dia menguatkan saya, saya harus mengampuni tapi ga mudah tetapi akhirnya lambat laun saya bisa mengampuni mama saya."

Mukti pun telah diubahkan oleh Tuhan, dari seorang germo yang berkecimpung dengan segala macam dosa di dunia pelacuran, kini dia menjadi seorang yang baru yang memberikan hidupnya untuk melayani Tuhan.

"Kalau menurut saya, kebaikan Tuhan yang terutama itu bukan ketika saya ikut Tuhan, Tuhan memberkati saya, bukan seperti itu. Tetapi kebaikan Tuhan yang terutama, Tuhan sudah menyelamatkan saya. Apapun dosa-dosa masa lalu saya Tuhan sudah melupakan. Masa lalu dosa saya begitu numpuk dan terlalu besar tetapi ketyika saya dipilih Tuhan untuk melayani Tuhan, Tuhan tidak melihat itu semuanya. Saat ini ada damai sejahtera dalam diri saya, itu sudah cukup bagi saya." (Kisah ini ditayangkan 25 Februari 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian :

Mukti Waluyo




Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

Parolan, Temukan Ketenangan Dalam Yesu

Awal perjalanan Parolan Sinaga ke ibukota membawanya ke sebuah terminal yang akan menjadi awal perubahan besar hidupnya.

"Begitu tidur pagi-paginya udah bangun mau ngapain. Ini duit sudah tidak ada lagi. Udah menipis, bagaimana cara makan. Saya lihat orang, enak-enak aja. Ada orang masuk mobil, dimintain duit. Wih enak juga rupanya, gampang juga"

Parolan pun mencoba apa yang dia lihat dan sebuah pengalaman baru yang dia dapatkan akan merubah jalan hidupnya.

"Masih mulus, wuh gampang sekali ya rupanya cari duit ini di Jakarta saya pikir kan saya kantongi..banyak..Akhirnya saya bisa makan pagi itu. Ah gampang, besoknya saya ulangi lagi. Malam kedua, ketiga masih lancar. Malam keempat, didatangi bosnya"

"Kau ambil lahanku. Enak saja, siapa kau. Kita sama-sama cari makan kok, jangan disini. Nanti kau daripada kubawa gerombolanku katanya"

Pukulan yang ia dapatkan tak mampu membuatnya mundur. Parolan terus bekerja dengan suatu rencana yang telah ia siapkan.

"Waktu dia datang lagi, sebelum dia memukul saya, saya duluan memukul dia. ‘Jangan, ampun bang, ampun bang' aku kan cari makan, kamu ngapain kamu. Setelah itu bebas aku berkelana disitu, di terminal itu"

Hukum rimba berlaku di terminal ini. preman yang ia pukuli ternyata adalah seorang kepala geng. Dengan sendirinya, dalam waktu yang singkat, ia pun menjadi kepala geng yang cukup ditakuti.

"Yang saya nikmati adalah luar biasa, luar biasa. Yang dulunya tidak pernah mengenal minuman keras, saya minum minuman keras. Mabuk-mabukkan sampe kadang-kadang dulu aku 3 hari 3 malam aku kuat minum. Jadi, kalau ada di dalam kelompokku itu ada yang mengganggu pesta miras kami, pasti mikir dua kali dekat kami. Ada yang mengganggu dekat kami, pasti botol itu kena kepalanya. Kita melenggang aja seperti itu seperti tidak ada kejadian"

Liar, brutal, dan sombong sangat terlihat jelas dalam dirinya. Perkelahian dan pertumpahan darah merupakan makanan sehari-hari baginya.

"Jadi, kalau saya sedang marah, saya melihat orang itu kecil sekali seperti semua. Saya tidak memandang apakah dia tinggi besar. Saya harus mendatangi dia dulu. Segala sesuatu yang memusuhi saya itu saya anggap itu musuh yang harus saya hancurkan. Pas apa yang ada ditangannya, bata yang ada bata yang saya pukul dan itu saya katakan terus terang saya tidak pernah takut mati"

kenyamanan sebagai seorang preman terminal membawa ingatan Parolan ke masa kecilnya.

"Bapak saya adalah dia sibuk dengan dirinya sendiri udah lama. Bahkan dia sibuk selalu ke kota tiap hari karena alasan kerja dan itu bisa berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Jarang dia pulang. Begitu pulang, dia marah-marah, langsung pukul ibu saya, selalu itu. Pokoknya babak belurlah mamakku ini. dijambak, diituin. Mamakku ini gak melawan. Wah, saya sangat membenci sekali bapakku. Makanya saya dulu selalu bilang, ‘jika saya sudah besar, saya akan tumbukkan bapak saya. Saya akan tonjok dia dan saya akan belajar bela diri'"

Belum sempat dendam itu terbalaskan, ayah yang sangat dia benci meninggal dunia dan menyisahkan sakit hati yang tanpa sadar selalu ia bawa hingga ia dewasa. Namun, sebuah peristiwa sejenak mampu menyadarkannya.

"Dia nyopet dompet. Setelah dia nyopet dompet ini, gak tahunya dia dikerubuti massa. Tiba-tiba dilempar sama aku ini dompet. Jadi, dia selamat, akulah yang dikerubuti waktu itu. Jadi, kalau menurut saya ada ratusan orang yang menginjak aku. Disitulah aku meminta tolong Tuhan, ‘Tolong Tuhan, aku. Tolong Tuhan' itu aja padahal disitu aku gak tahu berdoa saat itu"

Parolan terbukti tidak bersalah. Ia pun dibebaskan. Sejak peristiwa itu, ada sesuatu dalam hatinya yang membawanya dalam satu perubahan.

"Mulai ada rasa ketakutan dari itu. Ingin supaya hidup kita tenang. Jadi saya ingin berubah untuk memulai kehidupan yang baru sebenarnya"

Bersama tiga temannya, Parolan mulai mengontrak sebuah kamar dan mulai melamar pekerjaan serta menata kehidupan mereka.

"Kita coba bawa lamaran yang ada, ijazah yang ada yang pas-pasan yang SGO itu, yang SMA itu kan, tapi itulah selalu pintu itu tertutup. Kita coba, tidak ada yang buka jalan pekerjaan itu bagi orang-orang terminal"

Ternyata perubahan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan hidup Parolan semakin hancur di tangannya sendiri.

"Pada suatu ketika ada perebutan pacar inilah, dia datang melabrak saya. Setelah dimaki-maki habis-habisan, ya saya gak kuat kesabaran. Sebelum dia memukul, saya pukullah penyerang saya ini. prek... melihat dia pingsan, bukannya aku tolong malah kutinggali seperti itu. Akhirnya mereka lapor ke polisi"

Nasib baik kembali tidak berpihak kepadanya. Hukuman satu tahun penjara menjadi bayaran atas perbuatannya.

"Setelah saya masuk penjara, saya dipukullin di dalam. Kan itu setiap kamar ada kepala kamarnya. Disuruh jongkok dulu, lari-lari, baru abis itu disuruh mijit-mijit dia. Kepala kamar, mereka tuh ada kasur lengkap. Ya seminggu kemudian setelah saya pelajari bagaimana caranya supaya bisa seperti itu., saya habisi itu kepala kamar saya ini pada tengah malam"

"Kan dia udah tidur.udah tidur semua orang. Saat itu, pas dia sudah tidak bergerak, saya hajar itu. Saya gak kasih kesempatan dia bernafas untuk teriak. Akhirnya gempar pada malam itu, ‘wah habis kepala kamar kita, menyerah' lalu dia minta maaf. Udah diserahkan sama aku waktu itu kepala kamar itu. Langsung aku jadi kepala kamar waktu itu"

Malam itu sebuah kebebasan baru dapat Parolan nikmati dalam sel kecilnya tersebut. Hingga suatu malam, sebuah lagu yang ia dengar mampu menyentuh hatinya.

"Lagunya yang paling kuingat waktu itu, ‘ku mau seperti-Mu Yesus, di sempurnakan selalu' Jadi mulailah luntur kekerasan hati ku, kegarangan aku tidak ada lagi. Lalu setelah saya mendengar itu, ada mulai rasa kedamaian di dalam diri saya. Mulai kembali ingin memuji Tuhan seperti waktu kecil"

Parolan pun memberanikan dirinya untuk mengikuti ibadah di dalam penjara.

"Saya melihat saya mulai jijik sebenarnya melihat kelakuan saya setelah saya merenungkan itu. ‘Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!' itulah yang membuat saya, 'oh, berarti Tuhan masih sayang kepada saya makanya saya dihajar, saya dimasukkan ke penjara ini supaya saya berubah. Saya akan berubah total, saya tidak akan mengulangi perbuatan-perbuatan minum. Saya harus menahan diri, saya harus bisa menguasai diri saya. Saya tidak gampang emosi lagi, walau bagaimanapun makian orang mungkin itu jangan sampai memukul orang. Itulah tekad saya dari dalam"

kehidupannya berubah di penjara dan pengampunan kepada bapaknya pun telah ia lepaskan. Kebebasan yang sesungguhnya kini telah Parolan miliki dan ia pun menjadi pribadi yang baru hingga saat ini.

"Oh, perubahan yang saya rasakan sangat luar biasa. Yang dulunya aku pertama-tama tidak bisa tenang, sekarang bisa tenang. Yang dulunya saya gampang tersinggung mudah emosian, jadi saya merasa benar sendiri, saya bisa mengalah. Yang dulunya saya tidak bisa mendengarkan, sekarang bisa mendengarkan."

"Saat ini saya sangat bersyukur sekali kepada Tuhan Yesus karena saya yang dulunya seorang penjara terminal boleh diubahkan menjadi seorang supervisor di sebuah bank swasta. Sangat luar biasa," ujarnya menutup kesaksian.

(Kisah ini ditayangkan 22 Maret 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Parolan Sinaga




Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!