Pada hari Kamis tepatnya 7 Mei 2008, saya terjatuh dari ketinggian ± 4 meter. Saat itu saya sedang memberi makan lobster dan tiba-tiba saja rel penyangga yang saya duduki patah. Hari itu karyawan yang biasa melakukan tugas ini sedang tidak masuk. Istri sedang keluar rumah dan anak saya sedang mengikuti retreat.
Dalam keadaan masih sadar, saya berdiri dibantu seorang karyawan lain dan masuk ke dalam rumah. Saya hanya merasakan ada benjolan di bagian belakang kepala sebelah kanan sebesar telor bebek, tanpa mengetahui bahwa telah terjadi pendarahan di dalam. Saya lalu duduk di ruang tamu sampai pukul 3 sore dan merasa nyeri di bagian kepala.
Tidak lama istri kembali ke rumah dan mengajak saya ke RS. Di mobil tiba-tiba kaki saya mulai gemetaran tanpa bisa dikontrol. Sesampainya di RS sudah tidak sadarkan diri, puji Tuhan langsung di-CT Scan oleh dokter dan hasilnya saya harus segera dioperasi.
Kendala yang ada, pihak RS meminta uang muka yang cukup besar jumlahnya. Istri tidak siap dan kartu kredit kami pun tidak mencukupi. Tapi puji Tuhan kami memiliki seorang teman yang istrinya pernah bekerja di RS tersebut sehingga atas jaminannya saya bisa dioperasi. Terlambat sedikit waktu saja, saya mungkin sudah tidak tertolong karena telah terjadi pembekuan darah di bagian kepala yang tidak boleh lewat dari 6 jam.
Selesai dioperasi, dokter mengatakan kepada istri dan teman-teman yang mendampingi bahwa kemungkinan saya untuk siuman tidak dapat dipastikan kapan. Mungkin bisa 1 minggu, 2 minggu, tidak pasti. Tapi sekali lagi puji Tuhan, karena tidak sampai 24 jam saya telah sadar. Dan puji Tuhan tidak ada satu kejadianpun yang saya lupa. Dokter mengatakan ini jarang sekali terjadi, bahkan sempat dokter memprediksikan kaki kiri saya akan lumpuh. Semua terjadi di luar diagnosa dokter. Kenyataannya, saya hanya dirawat 1 minggu di rumah sakit, 2 kali menjalani operasi pada bagian kepala dimana semua berjalan baik dan sempurna. Saya juga tidak mengalami cacat tubuh ataupun kehilangan memori.
Puji Tuhan selama kejadian itu banyak teman-teman gereja yang menguatkan istri dan berdoa buat saya. Mereka ikut menjadi saksi sewaktu istri harus menandatangani surat pernyataan untuk administrasi RS. Saya bersyukur dalam keadaan seperti yang saya alami, ada kasih dan unity yang erat diantara sesama pengerja untuk saling menopang, membantu dan mendoakan. Syukur kepada Tuhan Yesus!
Sumber: Kesaksian Tigana Tjhatra/GBI Lippo Karawaci
http://www.facebook.com/l/2d438;www.hmministry.com
BLESSING FAMILY CENTRE MINISTRY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar